• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Historica
  • Post last modified:23 Januari 2023
  • Reading time:3 mins read

 

Orang mengenal kerajaan yang di didirikan oleh Airlangga ini sebagai Kerajaan  Kahuripan. Padahal, nama Kahuripan hanyalah salah satu dari nama ibu kota kerajaan. Menurut naskah Serat Calon Arang, disebutkan   Airlangga sebagai raja Daha atau Dahanapura. Sementara  Nagarakretagama memaparkan jika Airlangga sebagai Raja Panjalu yang berpusat di Dahanapura.

Kerajaan dengan  banyak nama ini wilayahnya    membentang mulai   Pasuruan di timur hingga Madiun di barat. Sementara Pantai Utara Jawa,  utamanya  Surabaya dan Tuban menjelma  jadi pusat perdagangan yang penting pada masanya.  Airlangga juga meluaskan wilayah kerajaannya  ke Jawa Tengah. Bahkan sejarah menyebutkan  pengaruh kekuasaan Airlangga diakui sampai ke Bali.

Tidak berlebihan jika Airlangga sangat dihormati di Bali, karena memang  Ayahnya bernama Udayana, Raja Kerajaan Bedahulu dari Wangsa Warmadewa di Bali. Ibunya bernama Mahendradatta, seorang putri Wangsa Isyana dari Kerajaan Medang atau Mataram kuno.

Dalam silsilah keluarga, Airlangga memiliki dua orang adik, Marakata dan Anak Wungsu, keduanya naik tahta menjadi raja di Bali menggantikan ayahanda mereka. Di akhir masa pemerintahannya, Airlangga membagi  dua kerajaannya menjadi Kerajaan Kadiri dengan ibukota Dahanapura (Daha) dan Kerajaan Janggala dengan ibukota Kahuripan.

Airlangga lalu membagi dua wilayah kerajaannya. Mpu Bharada ditugasi menetapkan perbatasan antara bagian barat dan timur. Peristiwa pembagian  ini tercatat dalam Serat Calon Arang, Nagarakretagama, dan prasasti Turun Hyang II. Maka terciptalah dua kerajaan baru. Konon Mpu Bharada terbang dengan mengucurkan air kendi untuk menetapkan batas 2 Kerajaan tersebut, dan kucuran air kendi berubah menjadi Sungai Brantas.

 

Kerajaan barat disebut “Kadiri” berpusat di kota baru, yaitu Daha atau Dahanapura, diperintah oleh Sri Samarawijaya. Sedangkan kerajaan timur disebut “Janggala” berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan, diperintah oleh Mapanji Garasakan.

Tidak diketahui dengan pasti kapan Airlangga meninggal. Prasasti Sumengka (1059) peninggalan Kerajaan Janggala hanya menyebutkan, Resi Aji Paduka Mpungku dimakamkan di tirta atau pemandian. Kolam pemandian yang paling sesuai dengan berita prasasti Sumengka adalah Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan. Pada kolam tersebut ditemukan arca Wisnu disertai dua dewi. Berdasarkan prasasti Pucangan (1041) diketahui Airlangga adalah penganut Hindu Wisnu yang taat. Maka, ketiga patung tersebut dapat diperkirakan sebagai lambang Airlangga dengan dua istrinya, yaitu ibu Sri Samarawijaya dan ibu Mapanji Garasakan.

Pada Candi Belahan ditemukan angka tahun 1049. Tidak diketahui dengan pasti apakah tahun itu adalah tahun kematian Airlangga, ataukah tahun pembangunan candi pemandian tersebut. IC/AND/XIII/03

 

Komentar Untuk Kerajaan Panjalu dengan raja airlangga