Siapa Arya Wiraraja? Karena bukan raja dan hanya Adipati, wajar jika silsilahnya kurang begitu jelas. Meski begitu dalam percaturan sejarah Nusantara, Arya Wiraraja mendapat tempat yang istimewa sehingga selalu tertulis dalam kitab-kitab kuno.
Nama aslinya adalah Arya Banyak Wide, jabatan yang diembannya Demung Nayapati. Demung Nayapati merupakan jabatan tinggi negara kala itu yang kedudukannya sangat dekat dengan raja. Namun kedekatan dengan raja itualah yang membuat nasib Arya Banyak Wide akan berubah untuk selamanya.
Prabu Kertanegara, melihat adanya hubungan mesra antara Banyak Wide dengan Mahisa Campaka yang adalah saudara sepupunya, sendiri dari keturunan Ken Arok dengan Ken Dedes. Kertanegara khawatir kedudukannya sebagai raja akan tersaingi, karena Arya Banyak Wide orang yang cakap dalam strategi dan politik Pemerintahan.
Suatu ketika sang Prabu menuturkan keinginannya untuk memperluas daerah kekuasaannya hingga keluar Jawa. Kerajaan Tribuwanaraja Maulimarwasewa dibawah pimpinan Prabu Dharmasraya di Swarnadwipa (Sumatra) menjadi incaran pertama. Raja lantas meminta pendapat Arya Banyak Wide selaku pensehat politik pengatur strategi perang.
Banyak Wide memberikan pandangan, jika masalah penaklukan tersebut perlu dipertimbangkan. Menurut hematnya adalah masalah yang lebih penting untuk dipikir, yakni menunggu datangnya pembalasan dari negeri China, karena raja pernah menghina utusan Khubilai Khan dengan memotong kupingnya saat diminta untuk takluk kepada Kaisar China.
Selain itu, Banyak Wide membeberkan rencana jika sebelum penyerangan ke Dharmasraya ada baiknya mengirimkan telik sandi dahulu agar mengetahui kekuatan lawan. Saran Banyak Wide ini justru membuat Kertanegara tersinggung dan marah. Banyak Wide lantas secara halus disingkirkan atau dibuang ke Sumenep Madura timur dengan alasan untuk memantau kedatangan armada China di laut Jawa.
Dalam kitab Pararaton diceriterakan Banyak Wide dinohaken yang artinya disingkirkan :
Shri Ranggawuni atinggal putra lanang, aran Shri Kertanegara; sira Mahisacampaka atinggal putra lanang, aran radèn Wijaya. Siraji Kertanegara sira ajenneng prabu, abhisèka Siwabudha. Hana ta wongira, babatangira buyuting Nangka, aran Banyak Widè, sinungun pasenggahan arya Wiraraja, arupa tan kandel dènira, dinohaken, kinon adhipati ring Sungenneb, anger ing Madura wètan.
yang artinya kurang lebih : Sri Ranggawuni meninggalkan seorang putra laki-laki bernama Sri Kertanagara; dan Mahisacampaka meninggalkan seorang putra laki-laki bernama Raden Wijaya. Sang Aji Kertanagara menjadi Raja Agung bergelar Betara Siwabudha. Ada salah seorang bawahannya yang menjadi penasehat dari dusun Nangka diberi nama Arya Wiraraja, yang dipercaya, kemudian disingkirkan dan dijadikan Adipati di Sumenep yakni Madura timur.
Lantas gelar Adipati Arya Wiraraja diberikan tepatnya pada 31 Oktober 1269 Masehi. Pengangkatan Arya Banyak Wide yang bergelar Arya Wiraraja, dengan dibekali dengan surat keputusan Prabu Kertanegara.
Nantinya peran Arya Wiraraja akan makin dominan dalam dinamika politik di Singhasari. Keruntuhan dan kehancuran Singhasari adalah andil besar Arya Wiraraja yang memberikan bocoran intelejen tentang kondisi militer Singhasari yang sedang lemah kepada Jayakatwang dari Kediri.
Perlu diketahui, Arya Wiraraja merupakan teman baik dari Jayakatwang. Rasa sakit hati pada Kertanegara membuat, Arya Wiraraja menjadi sekutu yang menguntungkan bagi Jayakatwang bila menyerang Singhasari. Serangan Jayakatwang akhirnya benar-benar membuat Singhasari hancur. Beberapa kerabat keraton yang menjadi panglima militer harus menyelematkan diri termasuk Raden Wijaya yang harus bertahan hingga kea rah utara hingga terdesak ke utara arah Selat Madura.
Hingga akhirya Raden Wijaya harus mengungsi ke Madura tepatnya ke kadipaten Arya Wiraraja di Sumenep. Arya Wiraraja lah yang meyakinkan Jayakatwang jika Raden Wijaya tidak akan menuntut balas atas kematian Kertanegara dan memberinya kawasan hunian di Hutan Tarik yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan Majapahit. IC/AND/XIII/02