• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Historica
  • Post last modified:29 Juni 2022
  • Reading time:4 mins read

Suasana panen dan menjemur cengkih, Source: ghg

Jutaan pohon cengkih dan pala produktif harus dimusnahkan. Orang-orang pribumi dilarang keras menanam dan atau memelihara pohon-pohon rempah. Jika kedapatan menanam akan dihukum dengan berat.

*********

Seperti emas dan permata, kehangatan dan keharuman cengkih jadi magnet luar biasa bagi banyak bangsa-bangsa di muka jagat ini. Orang jadi berani mempertaruhkan keselamatan dan segalanya demi keuntungan ekonomi dan untuk mendapatkan manfaat cengkih.

Sepanjang masa eksplorasi yang dimulai pada abad ke-14, bangsa-bangsa Eropa mengerahkan seluruh upaya untuk mendapatkan rempah yang sangat berharga ini. Tak peduli harus berlayar melawan ombak besar, menerjang badai atau membelah samudra menuju wilayah Timur yang belum terjelajahi.

Sejarah mencatat, Portugis datang di wilayah Maluku Utara, tepatnya ke Ternate, pada sekitar 1512. Tujuan mereka jelas, mencari dan menemukan ‘pulau dongeng’ yang kaya rempah-rempah. Saat itu, Sultan Bayanullah memberikan hak dan izin penuh pada Portugis, untuk melakukan perdagangan rempah-rempah, terutama, cengkih di Ternate.

Kemudian bangsa-bangsa lain juga datang. Spanyol, Belanda dan Inggris semua berebut ingin medapatkan komoditas berharga. Mereka melakukan pendekatan pada sultan, saling serang dan saling bunuh demi mendapat hak monopoli perdagangan. Portugis dan Spanyol, akhirnya hengkang dari Maluku, Inggris juga tak bertahan melawan agresivitas Belanda. Hingga akhirnya hanya Belanda yang mendapat hak penuh atas monopoli cengkih di Maluku dan sekitarnya, selama dua abad setelahnya.

Penebangan pohon secara masif untuk menurunkan produksi, Source: c3teacher

Hingga masuk pada suatu periode ketika perusahaan dagang Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) memerintahkan untuk menebang pohon-pohon cengkih dan pala. Aturan gila itu bernama  extirpatie. Jutaan pohon cengkih dan pala produktif, harus dimusnahkan. Orang-orang pribumi dilarang keras menanam dan atau memelihara pohon-pohon rempah. Jika kedapatan menanam akan dihukum dengan berat.

Armada hongi Belanda, untuk mengontrol kerajaan-kerajaan di Maluku, Source: wiki

Selain extirpatie, Belanda juga melaksanakan pelayaran hongi. Menggunakan dan meniru kapal-kapal lokal, Belanda membangun armada pengawasan dengan menggunakan kapal kora-kora. Cara ini terbilang efektif untuk mengontrol pedagang asing yang mencoba masuk dan berdagang dengan kerajaan-kerajaan lokal.

Pelayaran hongi ini juga dimanfaatkan Belanda untuk memantau dan memata-matai kerajaan-kerajaan di Maluku dan sekitarnya.

Semua upaya licik ini ditempuh, lantaran sejak 1652, harga rempah-rempah dunia di pasar internasional mengalami kemerosotan tajam. Pasokan dari timur berlebih, dan hampir semua pedagang dapat mendatangkan rempah.

Agar harga tak semakin jatuh dan harga kembali terdongkrak, VOC memutuskan untuk mengurangi produksi dengan cara menebang jutaan pohon cengkih. Tapi alam masih berbaik hati, kebijakan extirpatie tak mampu melawan lebatnya pepohonan cengkih di Gunung Gamalama.

Hal ini memungkinkan masyarakat lokal menyelamatkan pohon cengkih hingga sekarang. IC/AND.

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Komentar Untuk indonesia culture, indonesian culture, budaya indonesia, adat indonesia