Berawal dari kebiasan buruknya berjudi, Manik Angkeran harus mati, bertobat dan menjadi sosok rohaniawan yang mewariskan berbagai ajaran kebaikan bagi masyarakat Bali. Manik Angkeran adalah putra Mpu Sidhimantra atau Mpu Bekung yang sengaja di kirim ke Bali untuk belajar kepada Sang Hyang Naga Basukih yang tinggal di Besakih. Bukannya berkonsentrasi belajar dan berlatih kerohanian dengan tekun,Manik Angkeran justru memilih jalan menyimpang.
Manik Angkeran kepincut dan kecanduan judi. Perjudian ini membuat tabiat Manik Angkeran berubah total. Dari pemuda yang cerdas menjadi seorang yang memiliki tabiat buruk dan temtramental. Kemenangan sesat dan kekalahan yang terus menerus membuatnya kehabisan uang dan bekal barang-barang berharga dari orang tuanya. Bukannya sadar, Manik Angkeran justru makin terperosok ke dalam kecanduan parah terhadap perjudian.
Saat kehabisan uang, Manik Angkeran tergoda melihat ujung ekor Naga Basukih menggunakan hiasan emas bertahta permata mulia. Dengan Nekat, diam-diam ujung ekor Naga Basukih yang berhiaskan emas itu dipotongnya hendak dipakai untuk pasang taruhan judi. Melihat kedurhakaan Manik itu Naga Basukih marah dan dari lidahnya mengeluarkan api. Semprotan api itu dalam sekejap mata menghanguskan tubuh Manik Angkeran yang sudah telanjur memotong ujung ekor Naga Basukih hingga menjadi abu.
Kejadian ini diketahui oleh Mpu Sidhimantra di Jawa, beliau pun segera berangkat dari Jawa menuju Bali. Sesampai di Bali Mpu Sidhimantra langsung memohon maaf kepada Sang Hyang Naga Basukih. Mendapati hal itu Naga Basukih bersedia memaafkan bahkan dipersilakan Mpu Sidhimantra untuk menghidupkan kembali putranya. Dengan kekuatan spiritualnya abu jenazah Manik Angkeran pun dihidupkan kembali di Pura Bangun Sakti.
Setelah hidup, Manik Angkeran dinasihati Mpu Sidhimantra untuk menghentikan kebiasaan buruknya berjudi itu. Sebab sangat tegas dan jelas dalam Veda Sruti Sabda Tuhan itu melarang umatnya berjudi. Dan sejak saat itu Manik Angkeran sadar dan tidak mengulangi kebiasaannya berjudi. Pertobatan sungguh-sunggu Manik Angkeran merubahnya anak dan siswa yang patuh pada gurunya dan ayahnya.
Sejak saat itu Mpu Manik Angkeran mengenal tiga bhakti yang tertuang dalam Manawa Dharmasastra yaitu : Berbakti pada ibunya akan mendapat pahala berupa kebahagiaan di bumi. Berbhakti pada ayah akan mendapatkan pahala kebahagiaan di alam tengah. Terakhir berbakti pada guru rohani akan mencapai Brahma Loka.
Ajaran ini dilakukan Manik Angkeran sehingga ia dari kuptra bisa berubah menjadi suputra, atau dari keburukan menjadi kebaikan. Dalam perjalanan waktu berikutnya Manik Angkeran dipercaya menjaga dan merawat Pura Besakih oleh Sang Hyang Naga Basukih. Tugas ini dilaksanakan dengan baik dan patuh oleh Mpu Manik Angkeran hingga keturunannya sampai sekarang. Sementara perubahan besar juga terjadi di Pura Bangun Sakti yang menjadi saksi kesaktian Naga Basukih dan Mpu Sidhimantra. Karena di Pura Bangun Sakti dapat mengubah kehidupan Manik Angkeran menjadi seorang yang baik dan berbhakti. IC/AND/XIV/22