• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Historica
  • Post last modified:24 November 2022
  • Reading time:3 mins read

Majapahit umumnya dianggap sebagai negara pramodern terbesar di kawasan Asia Tenggara. Emporium ini mendominasi Nusantara atau kepulauan Indonesia pada masa modern ini. Kekuasaan Majapahit tampaknya meluas hingga lebih dari 20 pemerintahan Jawa Timur, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Melayu. Sementara mitra dagang atau sekutu di Maluku dan Sulawesi, serta Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Cina saat ini.

Mengikuti role model Singhasari, Raden Wijaya atau Rajasa membangun Majapahit didasarkan ide gabungan pengembangan pertanian dan perdagangan maritim dalam skala besar. Para ahli sejarah berpendapat, Majapahit merupakan simbol kerajaan yang mengandalkan basis pertanian yang sangat maju. Bahkan masyarakat Jawa dapat mengklaim simbol klaim atas keunggulan pertanian dan perdagangan hampir di seluruh kawasan Asia Tenggara.

Namun Kerajaan Majapahit bukannya tanpa intrik. Hampir disetiap masa pemerintahan para raja terjadi pemberontakan dan upaya merebut kekuasaan. Pelaku pemberontakan tersebut adalah orang-orang pilihan yang selama ini selalu berada pada lingkaran dalam kekuasaan. Entah karena sakit hati, penghianatan, haus kekuasaan atau juga karena fitnah.

Penerus Raden Wijaya, Raja Jayanegara adalah sosok raja yang paling banyak membuat guncangan pada stabilitas Majapahit. Jayanegara terkenal memiliki masalah dengan moralnya. Raja muda ini sangat gemar berbuat asusila dan maksiat. Salah satu dosa terbesar dan menjadi skandal yang memalukan adalah mengambil saudari tirinya sendiri sebagai istri. Ia diberi gelar Kala Gemet, atau “penjahat lemah”.

Pada masa ini, nama Gajah Mada mulai muncul kepermukaan. Sebagai patih dari kerajaan bawahan, Gajah Mada mendapatkan perintah Jayanegara untuk menumpas habis berbagai pemberontakan yang merongrong kewibawaan raja. Bukanya mendapatkan balas jasa, Kala Gemet justru mengambil istri patih yang telah membantunya itu.

Serangkaian pemberontakan, skandal dan intrik politik Jayanegara itu berakhir pada 1328 M, ketika Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tantja. Gayatri Rajapatni, Ibu tiri Jayanegara yang seharusnya menggantikannya justru mengundurkan diri dari istana untuk menjadi biksuni. Namun sebelum itu Rajapatni telah mengangkat putrinya, Tribhuwana Wijayatunggadewi, atau dikenal dengan nama resmi Tribhuwannottungadewi Jayawishnuwardhani, sebagai ratu Majapahit di bawah naungan Rajapatni.

Pada masa pemerintahan Tribhuwana inilah kerajaan Majapahit kembali berkembang menjadi lebih besar dan menjadi terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana dibantu oleh Maha patih Gajah Mada yang dengan setia membantu mengatur Negara hingga menjadika Majapahit kerajaan super power pada masa itu.

 

Tribunana memerintah Majapahit hingga kematian ibunya tahun 1350 M. Ia digantikan oleh putranya, Hayam Wuruk. Kerajaan Majapahit menjadi terkenal pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dari 1350 hingga 1389. Ekspansi teritorialnya disebut-sebut berkat kecemerlangan pemikiran Patih Gajah Mada, yang membantu kerajaan tersebut mengklaim menguasai sebagian besar kepulauan, mengerahkan kekuasaan atas kerajaan-kerajaan yang lebih kecil dan mengekstraksi perdagangan. Pada puncaknya di bawah penguasa keempat, Hayam Wuruk Kekuasaan Majapahit sebagian dibangun atas kekuatan militer, yang digunakan Gajah Mada, misalnya, dalam kampanye melawan Melayu pada 1340 dan Bali pada 1343.

Sementara untuk urusan perdagangan domestik dan internasional, kapal-kapal Majapahit membawa beras, rempah-rempah, dan komoditas eksotis lainnya ke seluruh wilayah. Bahkan beberapa ahli sejarah menyebutkan perdagangan beras masa Majapahit ini telah merubah pola makan di beberapa pulau di kawasan Indonesia timur seperti Maluku dan kawasan sekitarnya.

Uniknya untuk penggunaan bahasa, meski Majapahit menggunakan bahasa Jawa, namun sebagai lingua franca justru menggunakan bahasa Melayu. Laporan pelabuhan dan pedagangan bahkan berita-berita yang harus disampaikan pada istana menggunakan bahasa Melayu. Sementara pusat kota kerajaan di Trowulan, luasnya kira-kira 100 kilometer persegi dan menawarkan standar hidup yang sangat tinggi kepada penduduknya. IC/AND/XII/04

Komentar Untuk Perjalanan Majapahit Menuju Masa Kejayaan