• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Historica
  • Post last modified:31 Oktober 2022
  • Reading time:2 mins read

Pada saat kedatangan Jepang,  8 Maret 1942, jumlah Polisi yang diserahterimakan dari pemerintah Belanda sebanyak 31.620 orang yang terdiri dari, 10 Hopkomisaris, 117 Komisaris Polisi, 13 Wedana Polisi, 63 Hopinspektur Polisi, 88 asisten wedana, 545 Inseptur Polisi, 1.463 Mantri Polisi, 513 Hopagen Polisi, 154 Hopposhui Komandan, 2.582 Poshuis Komandan/ Resrse dan 26.073 agen Polisi.

Dari jumlah tersebut, Jepang hanya memilih polisi-polisi pribumi yang terus dipakai. Para polisi Belanda di penjara di kamp tawanan perang. Jepang mengoptimalkan peran polisi pada masa dengan melakukan pelatihan dan menyusun sistem polisi ala Jepang, yang berorientasi pada pemenangan perang Asia Timur Raya.

Jepang membagi kepolisian   menjadi 4 Regional :

  1. Kepolisian pusat di jakarta, membawahi seluruh Jawa dan Madura dibawah kendali  Angkatan Darat (Rikugun).
  2. Kepolisian Sumatera di Bukit Tinggi, dibawah kendali Angkatan Darat (Rikugun).
  3. Kepolisian Timur Besar wilayahnya Sulawesi, Maluku, Irianbarat,   di Makasar dibawah kendali Angkatan Laut (Kaigun).
  4. Kepolisian Kalimantan,  pusat di Banjarmasin dibawah kendali  Angkatan Laut (Kaigun).

Pada 1944 Lahir Tokubetsu Keissatsu Tai (Polisi Istimewa), yaitu sebuah pasukan yang mudah dipindahkan (mobile) dan mempuyai persenjataan yang lebih lengkap daripada persenjataan warisan Hindia Belanda. Pembentukan pasukan ini dimaksudkan agar dapat digerakan sebagi pasukan penggempur dibawah pemerintah Syu Chaing Butyo. Rata tiap karesidenan mempunyai jumlah anggota antara 60 orang sampai 150 orang.

Namun untuk karisidenan strategis seperti  Karesidenan Priangan, Surabaya serta  Jakarta masing-masing mempunyai jumlah anggota yang besar. Persenjataannya juga lengkap dan modern,  karabijn, water mantel, untuk tiap  anggota berikut  senapan mesin. Apabila terjadi gangguan ketertiban dan keamanan umum yang tingkat intensitasnya tinggi seperti, huru-hara, kerusuhan dan perampokan, pasukan ini akan dengan mudah digerakkan.

Perwira Kempetai hidup mewah  Gedung Keadilan (Raad van Justitie). Kebiasaan tentara Kempetai adalah berbaris dengan derap  lengan tegak lurus yang mengayun dengan bertenaga untuk membuat warga yang berada di jalan menyingkir. Kempetai memiliki seragam yang khas dengan sabuk kulit jenis sam brownes yang melintang di pundak.

Kempetai juga menghambat penyebaran   semangat kemerdekaan dengan  melakukan sensor ketat media massa, mengawasi kelompok yang melawan Jepang, pengawasan rahasia terhadap berbagai lembaga, stasiun, kantor pos, sekolah, hotel bahkan tempat ibadah. Semua kegiatan terutama yang punya potensi pengumpulan dan pergerakan massa. IC/AND/XI/24

 

 

 

 

 

Komentar Untuk Sejarah Polisi Era Pendudukan Jepang