Bersumber pada Kitab Negarakertagama, dapat dketahui silsilah raja-raja yang pernah berkuasa dan memimpin Majapahit menjadi imperium yang disegani dunia. Selain Negarakretagama sumber dari prasasti dan serat Pararaton menjadi acuan dan penyelidikan bagi para sejarahwan untuk mengetahuinya. Selain itu dukungan dari catatan perjalanan orang-orang asing, baik itu dari China, Portugis, Italia dan Arab serta Kidung Harsawijaya, Babad Tanah Jawi, dan lain – lain maka dapat disusun daftar sebagai berikut :
- Raden Wijaya (1294 – 1309)
- Jayanegara (1309 – 1328)
- Tribuwana Tungga Dewi (1328 – 1350)
- Hayam Wuruk (1350 – 1389)
- Wikramawardhana (1389 – 1427)
- Dewi Suhita (1427 – 1447)
- Kertawijaya ( 1447 – 1451)
- Rajasawardhana (1451 – 1453)
- Girishawardhana (1456 -1466)
- Suraprabhawa (1466 – 1478)
- Wijayakarana (1478 – 1486)
- Ranawijaya (1486 – 1513)
RADEN WIJAYA (1294 – 1309)
Raden Wijaya adalah pendiri dari Kerajaan Majapahit. Ia memiliki 4 istri yang semuanya adalah putri Raja Singhasari terakhir Kertanegara. Sang Prameswari Tribuwana, Prameswari Mahadewi, Prajnyaparamita Jayendra Dewi, dan Gayatri yang nanti akan bergelar Rajapatni.
Saat menjadi raja, Raden Wijaya banyak mengalami pasang surut perang dan pemberontakan. Beberapa peristiwa politik yang mengakibatkan pecahnya perang saudara, seperti pemberontakan Ronggolawe akibat dari pengangkatan Nambi sebagai patih. Arya Wiraraja menagih janji tentang pembagian wilayah kerajaan yang dijanjikan Raden Wijaya. Raden Wijaya mengabulkan separuh wilayah kerajaannya yang sebelah timur dipimpin oleh Arya Wiraraja dengan ibukotanya di Lamajang (Lumajang).
JAYANEGARA (1309 – 1328)
Setelah Raden Wijaya mangkat pada 1309 M, tampuk kepemimpinan dipegang oleh putranya bernama Jayanegara yang ketika itu masih berusia 15 tahun. Jayanegara bergelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara. Meski begitu Jayanegara mendapat julukan yang kurang mengenakkan yakni Raden Kala Gemet dan dianggap lemah, jahat, dan tidak secakap ayahnya.
Masalah ini memicu banyak pemberontakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat kepercayaan Raden Wijaya yang merasa dikesampingkan. Secara jelas Pararaton menuliskan penyebab konflik ini adalah karena Jayanegara berdarah campuran Jawa – Melayu. Pemberontakan oleh Nambi tahun 1316. Pemberontakan paling berdarah dilakukan oleh Ra Kuti 1319 hingga ibukota berhasil diduduki sementara dan Jayanegara terpaksa diungsikan ke Desa Badander oleh para prajurit Bhayangkari yang dipimpin Gajah Mada. Perlu diketahui Raden Wijaya membentuk Dharmaputra yang merupakan pejabat pendamping raja yang saat itu terdiri atas : Ra Kuti, Ra Semi, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, Ra Pengsa dan Ra Tanca. Kelak Jayanegara tewas ditangan Ra Tanca. Jayanegara sakit bengkak dan Gajah Mada memerintahkan tabib Ra Tanca untuk mengobati di dalam kamar. Hingga suatu kesempatan Ra Tanca menusuk Raja Jayanegara hingga tewas dan nyawanya sendiri melayang ditangan Gajah Mada. IC/AND/XV/23