Sejarah dan perkembangan agama Hindu di Bali merupakan kelanjutan dari perkembangan agama Hindu di India. Perkembangan agama Hindu di Bali diduga mendapat pengaruh kuat dari Jawa Tangah dan Jawa Timur. Agama Hindu di Bali diperkirakan masuk sebelum abad ke-8 Masehi, dengan bukti berupa fragmen-fragmen pada prasasti yang ditemukan di desa Pejeng, Gianyar yang berbahasa Sanskerta.
Bersamaan dengan datangnya agama Hindu di Bali pada abad ke-8, ditemukan pula peninggalan yang menunjukkan masuknya agama Buddha Mahayana, Berupa stupika-stupika tanah liat yang tersebar di daerah Pejeng Selatan, Tatiapi dan Blahbatuh, Gianyar.
Pada sekitar abad ke-13 Masehi, berkembang pula sekte Bhairava dengan peninggalan berupa arca-arca Bhairava di Pura Kebo Edan desa Pejeng. Sekte ini kemungkinan berkembang sebagai akibat hubungan politis dengan kerajaan Singhasari di Jawa Timur. Kemudian agama Buddha Mahayana ini akhirnya melebur ke dalam agama Hindu yang saat ini diwarisi oleh masyarakat di Bali.
source : triarsadrana
Masa Keemasan Agama Hindu
Masa Bali Kuno merupakan masa tumbuh dan berkembangnya agama Hindu hingga mencapai Puncak kejayaan pada abad ke-10. Masa ini ditandai dengan berkuasanya Raja Dharma Udayana Warmadewa dan Permaisuri Gunapriyadharmapatni.
Pada masa emas ini terjadi proses Jawanisasi di Bali. Prasasti-prasasti berbahasa Bali Kuno digantikan dengan bahasa Jawa Kuno dan kesusastraan Hindu berbahasa Jawa Kuno dibawa dari Jawa dan dikembangkan di Bali.
Pada masa yang sama pertumbuhan agama Hindu demikian pesat. Raja Dharma Udayana, bahkan mengangkat seorang pandita Hindu bernama Mpu Rajakerta menjabat Senapati i Kuturan (jabatan setingkat perdana mentri). Mpu Rajakerta bertugas yang menata kehidupan keagamaan dengan baik dan terwarisi hingga sekarang.
Masa emas Bali Kuno ini berakhir pada pemerintahan raja Astasura-Ratnabhumibanten yang ditundukkan oleh ekspansi Majapahit dibawah pimpinan mahapatih Gajah Mada. IC/XIV/AND/01