• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Mitos
  • Post last modified:28 Juni 2022
  • Reading time:4 mins read

Pisang setangkep menurut Mbah Cokro yang merupakan juru kunci punden adalah simbol permohonan. Hal ini merujuk pada bentuk dua sisir pisang itu, yang bila diperhatikan mirip dua telapak tangan yang tengah menengadah berdoa. Dengan penyampaian  pisang setangkep ini, tentu warga berharap bisa senantiasa menangkap berkah yang bisa membuat hidup mereka jauh dari kesialan. Dan hal itu memang benar-benar terbukti, di mana telah banyak orang yang berhasil mewujudkan harapan dan cita-citanya, setelah rutin melakukan ritual di punden Ki Lurah Gunowijoyo itu.

Siapa itu Ki Lurah Gunowijoyo ?

Siapa sebenarnya sosok Ki Lurah Gunowijoyo atau yang juga disebut dengan nama Ki Ageng Wiroguno?  Tidak ada catatan sejarah yang jelas terkait tokoh yang satu ini. Namun dari cerita tutur yang berkembang di masyarakat Tambakbaya, Wiroguno adalah sosok yang pernah menyelamatkan wilayah itu dari serangan Belanda di masa penjajahan. Dan karena jasanya itu pula, akhirnya dia didaulat sebagai lurah pertama di wilayah itu.

“Saya sendiri tidak tahu Ki Ageng Wiroguno itu berasal dari mana. Ada yang bilang dari keraton, tapi ada juga yang bilang cuma orang sakti biasa. Tapi yang pasti, dengan kesaktian yang dimiliki, dia bisa melindungi wilayah Desa Tambakbaya dari serangan Belanda yang membabi buta,” terang Mbah Cokro.

Bahkan konon kabarnya, lanjut Mbah Cokro karena keberadaan Ki Ageng Wiroguno, beberapa pesawat Belanda yang melintas di atas wilayah ini, pasti akan jatuh. Sehingga Belanda tak lagi berani berbuat macam-macam terhadap wilayah ini.

Tradisi Pisang Setangkep
source : klasik

Kisah Misteri Ki Ageng Wiroguno

Dan kemisteriusan asal muasal sosok Ki Ageng Wiroguno ini juga berlanjut hingga di akhir hayatnya. Tidak ada orang yang tahu ke mana sang lurah pergi. Sehingga kemudian diyakini bahwa pemimpinnya itu meninggal dalam kondisi moksa. Sehingga jasadnya pun tidak pernah ditemukan keberadaannya.

Dugaan ini semakin kuat manakala beberapa waktu kemudian ada warga yang mendapat petunjuk dalam mimpi dari sosok Ki Ageng Wiroguno. Dalam mimpinya itu Ki Ageng Wiroguno menyebut bahwa dirinya telah menyatu dengan alam. Dan dia meminta agar warga desa bersedia merawatnya, agar desa tempat tinggal mereka senantiasa berlimpah berkah dan terlindung dari bahaya.

“Saat itu katanya Ki Ageng menyatu pada sebuah batu umpak (yoni) yang berada di dasar Bengawan Solo. Karena itulah kemudian warga berusaha mencarinya. Dan ternyata benar. Batu umpak itu memang benar-benar ada, terpendam di dasar bengawan,” tuturnya

Warga, lanjut pria sepuh ini, berusaha mengangkatnya saat air sedang surut. Namun sekeras apapun usaha yang dilakukan, tetap tidak membuahkan hasil. Akhirnya salah seorang sesepuh desa mencoba melakukan komunikasi gaib. Dan didapat petunjuk agar warga menggelar pertunjukan ledek. Anehnya begitu pertunjukan ledek selesai, batu itu bisa dengan mudah diangkat, meski hanya dengan tenaga empat orang warga.

Batu yoni yang dalam ajaran Hindu merupakan bagian dari simbol kehidupan itu kemudian ditempatkan di sebuah lahan kosong di belakang balai desa. Dan sesuai petunjuk gaib dari Ki Ageng Wiroguno, warga di sekitar keberadaan punden tersebut kemudian merawat benda itu dengan baik. Sebuah bangunan cungkup sederhana dibuatkan untuk menaungi benda itu dari terpaan panas dan hujan.

source : klasik

Asal Mula Tradisi Pisang Setangkep

Dan sesuai dengan petunjuk dari Ki Ageng Wiroguno juga, hari di mana batu itu diangkat, dijadikan sebagai waktu pelaksanaan bersih desa. Pada saat itulah seluruh warga Desa Tambakbaya akan berbondong-bondong datang ke lokasi punden untuk mengirim sesaji. Pertunjukan kesenian ledek pun digelar sebagai pekengkap dari ritual bersih desa. Yang diyakini sebagai hiburan kesukaan dari Ki Ageng Wiroguno.

Tradisi ini semakin bertahan karena ternyata apa yang dijanjikan oleh Ki Ageng Wiroguno untuk senantiasa memberikan berkah, benar-benar terbukti. Apalagi tepat di atas batu itu kemudian ditumbuhi gundukan tanah yang merupakan rumah serangga rayap. Gundukan itu dari waktu ke waktu semakin besar. Yang mana dalam keyakinan sebagian masyarakat, hal itu merupakan petunjuk terkait perkembangan kemakmuran dari sebuah tempat, di mana gunudukan itu berada.

Karena itulah, sebagai wujud syukur atas berlimpahnya berkah itu, bangunan punden kemudian direnovasi dengan bangunan tembok permanen. Sumbangan dari beberapa warga yang merasa sukses pun berdatangan demi berdirinya bangunan itu.

Selain itu, perayaan bersih desa juga digelar semakin meriah. Kalau sebelumnya hanya menggelar pertunjukan tayub, selanjutnya ditambah dnegan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Bahkan beberapa waktu belakangan, gelaran tradisi bersih desa itu benar-benar diubah menjadi sebuah pesta rakyat. Di mana di dalamnya diisi dnegan kegiatan bazar selama seminggu, dan di hari terakhir ditambah dengan pertunjukan musik. IC/VI/and/22

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Komentar Untuk indonesia culture, indonesian culture, budaya indonesia, adat indonesia