Watu Gebang adalah   pintu masuk menuju Istana Laut Selatan. Bukan istana utama, tapi Watu Gebang adalah gerbang menuju Taman Kedhaton, sisi lain dari Istana Laut Selatan.

Keberadaan Pantai Sanggar masih belum cukup popular, setidaknya jika dibandingkan  Pantai Popoh. Hanya masyarakat pesisir yang tinggal di kawasan Pantai Sine saja yang mengetahui letak persis pantai ini. Rata-rata yang singgah di pantai ini hanya para pemancing serta para penggiat alam saja.

Meski jaraknya tak begitu jauh dengan kawasan Pantai Sine yang terletak di Desa Jengglungharjo,  Tanggunggunung, Tulungagung. Tapi untuk mencapai Pantai Sanggar ternyata bukan hal yang mudah. Desa terakhir yang dapat diakses hanya Desa Ngelo. Itu pun kita tidak bisa langsung berdiri di bibir Pantai Sanggar karena jalur pantai ini hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki bisa mencapai 1,5 jam untuk petualang pemula. Jaraknya hanya 5 km, namun medan yang berpasir menjadikan perjalanan terasa lebih berat.

“Hewan laut seperti kura-kura, penyu, lumba-lumba terkadang terlihat dengan mudah diatas kawasan ini mas,” tutur Cipto, seorang nelayan Pantai Sine.Menurut Cipto, ada pemandangan unik yang membuat pantai ini memiliki panorama yang khas, yakni keberadaan tebing memanjang di sisi sebelah timur. “Warga setempat menamainya Watu Gebang,” ujarnya.

Bukan hanya bentuknya saja yang menyerupai sebuah gerbang, disebut Watu Gebang ternyata ada hubungannya dengan pintu masuk menuju Istana Laut Selatan. “Itu yang dituturkan orang-orang tua sejak dulu. Bukan istana utama, tapi Watu Gebang adalah gerbang menuju Taman Kedhaton, sisi lain dari Istana Laut Selatan,” terang Cipto.

Goa Misterius

Di sisi timur Watu Gebang, terdapat sebuah goa yang menurut penuturan warga setempat sangat angker. “Selain aksesnya yang sangat sulit dijangkau, hingga saat ini di sana masih menyimpan banyak misteri. Letaknya, berada di ketinggian di atas Watu Gebang, agak menjorok ke arah laut,” ucap Cipto.

Goa ini terkenal angker dengan  nuansa gaib yang kental. Di mulut goa dan sekelilingnya masih banyak ular. Setengah jam menembus jalan setapak berbatu dan belukar tanaman liar dari Pantai Sanggar, akhirnya  tiba di lokasi goa.  

Seekor monyet ekor panjang mengintip dari atas goa, dan segera berlompatan menuju atas tebing menghindari kami. Ada juga suara ayam hutan  tengah mencari makan.  Ada aroma ganjil yang menyambut  di pelataran goa yang tertutup semak itu, yakni semerbak bau dupa. Datang dan pergi seiring hembusan angin laut.

“Meski terpencil, memang ada beberapa orang yang sengaja datang ke sini untuk menggelar ritual, bisa jadi ini sisa orang-orang yang melakukan ritual di sini,” tegas Cipto.  Aromanya masih cukup kuat, bisa jadi baru semalam dupa-dupa itu dibakar. Tapi, si pelaku ritual sudah tak terlihat di sekitar goa. “Banyak yang percaya tempat ini adalah salah satu lokasi untuk perburuan pesugihan blorong,” ujar Cipto setengah berbisik.

Mendadak ada hal ganjil melingkupi kami. Sebuah angin agak aneh karena terasa begitu dingin tiba-tiba datang ‘menyapa’ kami. Bulu kuduk mendadak meremang, ada hawa yang rasanya sangat tidak nyaman. Cipto segera mengajak untuk meninggalkan lokasi.  

Datangnya angin misterius itu memang seperti mengingatkan kami untuk tak lagi berlama-lama di tempat tersebut sebelum langit berubah gelap dan jalanan menuju pulang menjadi semakin sulit. Benak masih dipenuhi banyak pertanyaan, yang paling mengusik adalah bagaimana para peziarah itu bisa bertahan dalam situasi yang demikian misterius untuk menuntaskan hajat mereka? Tak hanya bergelut dengan cuaca dan kondisi alam, tapi juga kemungkinan munculnya hewan berbahaya. Dan, yang pasti nuansa wingit nan gaib yang melingkupi dengan kuatnya.  Bersambung/IC/VIII/AND/20

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Komentar Untuk Pesona Mistis Pantai Selatan di Tulungagung (1)