• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Tradisi
  • Post last modified:28 Juni 2022
  • Reading time:4 mins read

suku sabu

ritual yang tetap harus dilakukan agar kondisi keseimbangan tercipta di Sabu. Lengah sedikit saja bencana siap mengancam. Belum lagi maraknya ilmu-ilmu sempalan yang kerap dipakai untuk tujuan jahat.

************

Kerasnya alam Nusa Tenggara Timur membentuk karakter masyarakat yang mendiami wilayah tersebut.  Suku Sabu adalah masyarakat yang hebat,  meski harus hidup dalam alam yang keras yang serba terbatas, namun semangat untuk memegang teguh dan melestarikan tradisi adalah harga mati bagi suku ini.  Namun disadari atau tidak, tradisi inilah yang mengikat erat orang Sabu menjadi sebuah entitas suku yang dapat bertahan hingga sekarang.

Nama Suku Sabu ini diambil dari Pulau Sabu atau  Rai Hawu, tempat tinggal mereka.  Secara administratif, pulau ini adalah bagian Kabupaten Kupang dengan luas wilayah kurang lebih 460,78 km persegi. Sementara penduduk yang mendiami pulau ini berjumlah sekitar 30.000 jiwa. Namun, sebenarnya  jumlah penduduk Sabu lebih dari itu. Karena suku ini terkenal dengan mobiltasnya yang tinggi, mereka gemar merantau dan menyebar hampir seluruh pelosok Nusantara.

Agama dan Kepercayaan Suku Sabu

Meski kini mayoritas suku Sabu memeluk kristen, tapi sebelum itu mereka adalah penganut  Jingitu. Aliran Jingitu sampai sekarang tetap ada dan orang Sabu tetap mempraktikannya  dan  berlaku sebagai keyakinan masyakarat. Bahkan norma kepercayaan  ini  tetap dihormati terutama saat mereka melaksanakan  perhitungan kalender serta penentuan pesta  ritual tradisi seperti  menentukan saat menanam, pernikahan dan upacara tradisi lainnya.

Masyarakat Sabu percaya bahwa sosok yang mengatur seluruh kehidupan manusia  berasal dari leluhur mereka. Semua yang ada dibumi atau ini Rai Wawa yang artinya tanah bawah berasal dari Deo Ama atau Deo Moro Deo Penyu yang diyakini sebagai dewa mengumpulkan membentuk mancipta. Deo Ama sangat dihormati sekaligus ditakuti dan penuh misteri. Menurut kepercayaan Jingitu, dibawah Deo Ama terdapat berbagai roh yang mengatur musim, pergantian  musim kemarau oleh Pulodo Wadu, musim hujan oleh Deo Rai dan masih banyak yang lainnya.

Mitologi Suku Sabu

Sistem kepercayaan Suku Sabu mempercayai adanya banyak dewa atau yang disebut Deo. Dan Deo-Deo inilah yang kemudian mengatur semua sendi kehidupan masyarakat. Deo Ama adalah sosok Dewa yang sangat dihormati sekaligus ditakuti, dan penuh misteri. Menurut kepercayaan itu dibawah Deo Ama terdapat berbagai roh yang mengatur kegiatan musim, seperti kemarau oleh Pulodo Wadu, musim hujan oleh Deo Rai.

Karenanya, saat hendak membangun rumah,  harus dengan upacara untuk memberi semangat atau hamanga dengan ungkapan wie we worara webahi  atau menjadi keras seperti   tembaga dan besi.  Mereka juga percaya  semua warga rumah yang sudah meninggal dan menjadi Deo Ama Deo Apu atau Dewa Bapak Dewa Leluhur  diundang makan sesajen.

Demikian juga terhadap ternak, selalu ada dewa penjaga, yang disebut Deo Pada untuk kambing serta Deo Mone Bala untuk gembalanya. Selain sosok penjaga mahluk dan lingkungan, orang Sabu juga dewa perusak. Sosok perusak itu disebut Wango Ju. Mahluk ini diyakini tinggal di laut dan merupakan sumber dari segala macam penyakit, hama tanaman, dan segala bencana.

Ritual Masyarakat Sabu

Saat ada musibah, suku Sabu selalu menggelar ritual khusus, yang tujuannya melobi dan mengembalikan Wango Ju ke laut. Tujuannya tentu agar segala musibah dan bencana yang melanda bisa segera berakhir.  Namun masyarakat Sabu sendiri meyakini bahwa segala bentuk musibah yang elanda mereka bukanlah semata-mata kesalahan dari Wango Ju. Justru musibah-musibah itu terjadi karena kesalahan dari manusia sendiri yang lalai dan lupa memberikan sesaji pada sang dewa. Sehingga hal ini memancing amarah sang dewa dengan menyemburkan cairan dari payudaranya, yang akibatnya bisa menimbulkan beragam wabah penyakit.

Wango Ju memang digambarkan sebagai sosok mahluk perempuan yang memiliki payudara sangat besar. Bahkan karena begitu besarnya, sampai-sampai payudara itu harus dipanggul di atas pundaknya. Nah di dalam payudara itu diyakini tersimpan beragam wabah penyakit, yang akan dikeluarkan saat dia marah.

Bagi masyarakat Suku Sabu, sosok Wango Ju merupakan sosok yang ditakuti. Bukan hanya karena ancaman wabah penyakit yang dibawanya, tapi juga wujudnya yang menyeramkan. Bahkan konon sosok yang satu ini kerap muncul di tengah-tengah pemukiman warga untuk mencari korban. Bersambung/IC/VI/AND/03

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Komentar Untuk suku sabu, indonesia culture, indonesian culture, budaya indonesia, adat indonesia