Jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, masyarakat Kepulauan Maluku merasakan bagaimana alam memberikan limpahan anugerah lewat rempah-rempah yang tak dimiliki oleh daerah atau negara lain.
Hanya di kawasan Maluku yang mampu menumbuhkan pohon pala dan cengkih. Kesultanan di kawasan ini mampu menyejahterakan rakyatnya, perdagangan berjalan dengan lancar. Pedagang Jawa, India, Bugis bahkan China bisa bebas melakukan aktifitasnya.
Bertukar barang, beras, kain, peralatan, perhiasan dan banyak lagi dengan pala atau cengkih.
Namun geliat ekonomi yang menguntungkan ini mendadak meredup ketika Maluku kedatangan orang-orang Eropa. Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang datang ke Maluku. Awalnya mereka hanya berdagang dan memborong hasil bumi Maluku.
Namun segalanya berubah saat orang Portugis ini mulai masuk dan terlibat dengan urusan-urusan kerajaan dan perekonomian.
Source: petty elliot
Portugis mulai mengatur, siapa yang menjadi Sultan, kepada siapa pala dan cengkih boleh dijual. Bahkan beberapa benteng pertahanan yang awalnya adalah gudang sengaja dibangun untuk memberikan keuntungan secara militer.
Kehidupan perekonomian Maluku mulai merosot. Kondisi terlihat membaik saat bangsa Eropa lain datang. Orang-orang Belanda lewat VOC mulai menawarkan bantuannya untuk mengusir Portugis dari Maluku.
Setelah berhasil mengambil hati beberapa kerajaan di Maluku, VOC juga memiliki rencana yang lebih jahat dari Portugis.Antara abad ke-16 dan 17 VOC langsung merebut perdagangan rempah-rempah. Bantuan yang diberikan untuk mengusir Portugis harus dibayar mahal dengan masuknya VOC lebih dalam dalam urusan internal kerajaan dan ekonomi.
VOC saat menggempur armada Portugis di Maluku, Source: net
Setelah mulai kuat, VOC benar-benar mulai mengontrol dan mengatur segala hal. Pemerintah kolonial Belanda mulai menjalankan hongi dan ekstirpasi pada akhir abad ke-18.
Kebun cengkih dan pala rakyat Maluku harus ditebang atau dibakar habis untuk mencegah menumpuknya hasil panen yang dikuatirkan akan menurunkan harga rempah di pasar Eropa.
Lebih dari dua abad VOC mengeruk dan menghisap kekayaan alam dan rakyat Maluku. Perusahaan dagang Belanda itu akhirya bangkrut, akibat pegawai dan pejabat-pejabat VOC menjalankan praktek korupsi dan kolusi. Akhirnya kongsi dagang itu bangkrut.
VOC yang bangkrut pergi meninggalkan Maluku dalam keadaan miskin. Akibat kebijakan menembang dan membakar tanaman cengkih dan pala mengakibatkan keadaan ekonomi, sosial da budaya masyarakat semakin merosot.
Pada akhirnya Maluku hanya dikenang sebagai suatu mata rantai perekonomian yang hilang. Dalarn ungkapan lain disebutkan Maluku adalah masa silam. IC/III/AND.
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia