Seiring perkembangan Ampel Denta sebagai pusat pendidikan Islam atau pesantren di Surabaya di abad 15, Ampel berubah menjadi kawasan pusat adminstrasi pemerintahan bagi Surabaya. Bisa dikata, Ampel berubah menjadi pusat pemerintahan lokal, yang berada di bawah Kadipaten Surabaya dan pemerintahan pusat di kerajaan Majapahit.
Ampel Denta berkembang menangani masalah-masalah sosial, ekonomi, kebudayaan, dan banyak lainnya yang harus ditata. Kampung Ampel sudah mulai terlihat bergeliat dengan rona-rona Islam yang dikembangkan oleh Raden Rahmad. Kawasan ini menjadi kian maju dengan dibangunnya Masjid yang didirikan oleh Raden Rahmad pada 1421 M, meski pada versi lain ada yang menyebutnya pada 1440 M.
Masjid ini menjadi penting, karena selain jadi menjadi pusat pengajaran Islam, ilmu-ilmu lain yang bermanfaat bagi kehidupan juga diajarkan oleh Raden Rahmad. Berangsur- angsur makin banyak orang datang dan bermukim di Ampel Denta. Tak hanya belajar agama Islam, tetapi banyak juga yang melakukan bisnis bahkan tidak sedikit yang terleibat dalam perdagangan internasional.
Dengan perkembangan ekonomi yang luar biasa pesat, kawasan Ampel Denta diapit oleh dua dermaga sungai. Satu di Kalimas dan lainnya di Kali Pegirian di Nyamplungan. Struktur administrasi, ekonomi, sosial dan budaya kampung Ampel mulai terlihat tertata dan terus berkembang menjadi kota yang modern.
Meski modern, warna Islami dari kawasan dan masyarakat di Ampel menjadi ciri menonjol yang membedakannya dari kota atau Bandar-bandar pelabuhan di Nusantara.
Ampel, sebagai daerah perdikan Majapahit, selanjutnya secara adimitratif dikenal sebagai Surabaya hal ini dinyatakan dalam buku “Hikajat Kumpeni Orang Wolanda di Hindia Timoer.” Ampel juga semakin menata diri dalam menjalankan roda kehidupannya sendiri. Beberapa ahli sejarah menyebut jika perkembangan Ampel yang demikian pesat ini membuat pertambahan penduduk di Surabaya menjadi kian pesat.
Pengaruh Ampel terutama kharisma Sunan Ampel semakin meluas ke tanah Jawa seiring dengan penyebaran atau syiar Islam. Banyak pendakwah yang kemudian menjadi tokoh-tokoh penting yang berpengaruh tidak lain adalah para murid Sunan Ampel sendiri, yang pernah menimba ilmu di pesantren Ampel Denta.
Seiring dengan keruntuhan kerajaan Majapahit, ketika semua wilayah taklukan kerajaan Majapahit, ramai ramai ingin merdeka dan berdiri sendiri, Ampel tetap setia karena sejak awal memang bukan daerah taklukan. Raja Majapahit sangat menghormati Sunan Ampel yang telah banyak berkontribusi baik secara moral, ekonomi, politis dan budaya bagi Majapahit. Raden Rahmad meninggal dunia pada tahun 1467 sebagaimana angka tahunnya, yang tercantum di batu nisan. IC/AND/XIII/11