Historica

Patung Leti, Batu Magis Pulau Yene Maluku

Sejak ribuan tahun silam, patung Yene Leti  menyimpan kisah misteri persembahan darah manusia. Batu magis  menyerupai sosok manusia ini berasal dari Pulau Leti, Maluku Barat Daya, pada era pemujaan roh nenek moyang. Saat itu seluruh penduduk pulau masih menganut animisme. Patung ini digunakan sebagai sarana berkomunikasi antara dunia manusia dan dunia kematian.

Patung Leti  dipuja karena dipercaya menjadi penghubung manusia dengan roh leluhur.  Pada masa lalu penduduk Maluku sangat menghormati leluhurnya. Mereka percaya yang pertama Tuhan dan kedua Tete Nene moyang atau para leluhur. Hal inilah yang melatarbelakangi beragam upacara atau ritual yang dilakukan masyarakat Maluku, salah satunya menggunakan Patung leti.

Aura magis Patung leti memiliki sangat kuat. Dengan posisi berjongkok, tangan patung terlipat rapi di atas lutut. Dagunya menempel di tangan kanan, sedangkan bentuk telinga sedikit panjang hingga mencapai pundak. Terlihat ada lubang telinga atau tindik sebesar jeruk purut dibagian kedua telinganya. Namun yang lebih mistis adalah tanda bercak darah pada pipi patung leti tersebut.

Konon, ritual Patung leti yang menggunakan cucuran darah manusia, takkan pernah hilang bahkan terus membekas pada setiap patung batu tersebut. Patung letti dari Kepulauan Yene, Maluku, Nusa Tenggara Timur.

Menurut Reno Halsamer, pendiri Museum Indonesian Heritage, mengatakan bahwa patung batu letti berusia 2000 tahun lebih. “Patung ini dipercaya dapat menghubungan mereka dengan leluhur. Mereka memohon hasil panen melimpah, terhindar dari wabah penyakit dan bencana alam kepada leluhur melalui pemujaan pada patung ini,” ungkapnya. Patung ini disimpan di dalam kaca setebal satu centimeter dengan lebar 60 centimeter dan panjang 90 centimeter.

Darah manusia yang menjadi persembahannya. Masih ada bercak darah yang bisa diteliti pada patung ini,” terang Reno Halsamer.

Tradisi pemujaan arwah leluhur sendiri lahir dari anggapan masyarakat bahwa setelah kematian, kehidupan manusia akan terus berlangsung di alam yang lain (alam arwah). Arwah leluhur dianggap mempunyai kekuatan maha dahsyat yang mampu mengendalikan alam semesta. Oleh karena itu mereka merasa perlu untuk menjaga hubungan baik dengan arwah para leluhurnya agar senantiasa diberikan kemakmuran dan keberhasilan dalam usahanya. IC/AND/XIII/07

 

Share
Published by
Wisnu