Legenda

Misteri Pantai Pasetran Gondo Mayit dan Kisah Raksasa Gandamayit

Pada khazanah dunia pewayangan, Pasetran Gandamayit (baca gondomayit) adalah singgahsana Betari Durga, sosok raseksi atau raksasa perempuan. Sebelum dikutuk menjadi raseksi buruk rupa, sosok Betari Durga adalah bidadari yang cantik jelita dengan julukan Dewi Uma. Kisah pengutukan Dewi Uma hingga menjadi raseksi yang berjejuluk Betari Durga termuat dalam lakon wayang Murwakala.

Uraian ceritanya menyebutkan bahwa Betara Guru sangat mencintai Dewi Uma. Saat  terbang ke angkasa dengan menunggang Lembu Nandini,  sontak nafsu birahi Betara Guru menggelegak, melihat kemolekan Dewi Uma.  Puncaknya, kama Betara Guru tak tertahankan, hingga muncrat ke laut dan lahirlah Betara Kala.

Setelah kejadian tersebut, Dewi Uma diajak pulang. Di kayangan Betara Guru marah besar. Dewi Uma yang tak mau melayani syahwatnyanya  disabda menjadi reseksi buruk rupa yang sangat bengis peringainya. Setelah dikutuk menjadi raksasa perempuan, kemudian diasingkan ke hutan Setra Gandamayit untuk memerintah jin dan setan.

Pantai Pasetran Gondo Mayit dan misterinya

Tetapi nama Pasetran Gandamayit bukan hanya monopoli dunia pewayangan semata. Dalam dunia nyata, tempat itu ada di salah satu sudut pesisir Pantai Tambakrejo di Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar, Jawa Timur disebut pantai pasetran gondo mayit.  Warga sangat mengeramatkan tempat ini.  Disebut-sebut, tiga tokoh nasional pernah mengunjunginya. Ketiga tokoh nasional yang dimaksud adalah Bung Karno, tokoh pemberontakan Peta Blitar Shodanco Soeprijadi dan Adam Malik.

Beberapa warga mengisahkan pertemuan antara Bunga Karno dan almarhum Mbah Ladi yang merupakan juru kunci Pasetran Gondo Mayit. Menurut kisah beberapa warga Pantai Tambakrejo, seingat Mbah Ladi kunjungan Bung Karno itu terjadi pada tahun 1963.  Kala itu, Bung Karno datang tidak seorang diri, melainkan bersama lima orang yang menyertainya. Hanya saja ketika naik ke Pasetran Gondo Mayit, Bung Karno hanya disertai dua orang pengawalnya, sedang yang tiga orang lainnya menunggu di bawah atau di Pantai Tambakrejo.

Tentang kunjungan Adam Malik ke Pantai Pasetran Gondo Mayit, konon terjadi beberapa waktu menjelang pelantikan dirinya sebagai  Wakil Presiden mendampingi Presiden Soeharto.

Pendapa Sang Nyai

Secara kasat mata, wujud Pasetran Gandamayit sendiri sebenarnya hanyalah sebuah bukit  karang yang menjorok ke laut. Konon saat pertama kali tempat ini ditemukan, ada banyak bekas tengkorak manusia berukuran besar alias raksasa yang berserakan.  Warga menyebut penemuan itu terjadi sejak abad ke-19  zaman penjajahan Belanda.

Pasetran Gondo Mayit diakui warga banyak sekali diselemuti kisah misteri.  Kalangan spiritualis mengibaratkan tempat itu sebagai sebuah pendapa. Kalau ingin menemui Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul, bisa dilakukan di pendapanya itu menurut sumber spiritualis.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi peziarah ketika ingin ngalab berkah di Pantai Pasetran Gondo Mayit. Syarat yang dimaksud adalah sesaji kembang telon, rokok klobot, kemenyan dan minyak wangi. Sesaji persembahan yang ditujukan kepada Nyi Roro Kidul.

Namun dari syarat sesaji tadi, masih ada   ada satu syarat lain yang tak kalah pentingnya.  Kabarnya peziarah harus siap bernadar jika permohonannya dikabulkan. Jadi, selain  menyampaikan apa yang menjadi keinginan, peziarah  sekaligus juga menyampaikan nadarnya kepada Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul.

Tidak sedikit di antara peziarah yang datang ke pantai Pasetran Gondo Mayit karena ingin meraih jabatan tertentu, misalnya Bupati, Walikota, Kepala Desa, dan sebagainya. Barangkali, inilah sebabnya hampir pada setiap kali musim Pilkades  atau Pilkada  banyak kandidat yang berupaya spiritual di Pantai Pasetran Gandamayit.

Larung Sesaji Pantai Pasetran Gondo Mayit

Setahun sekali, tepatnya pada tanggal 1 Syura, masyarakat pesisir pantai selatan Tambakrejo menggelar ritual larung sesaji. Berlangsung secara turun menurun sejak dari nenek moyang mereka, tradisi tersebut hingga kini masih tetap lestari. Masyarakat dari berbagai daerah  hampir bisa dipastikan akan berdatangan ke Pantai Tambakrejo jika tradisi itu digelar.

Tradisi larung sesaji merupakan cara warga  setempat mengekspresikan rasa syukurnya. Bagi kaum nelayan, sekaligus juga merupakan bagian dari upaya spiritual keselamatan.

Sesuai dengan namanya, yang dimaksud dengan tradisi larung sesaji adalah menghayutkan sejumlah sesaji ke tengah lautan. Sesaji yang dihanyutkan atau dilarung, di antaranya berupa hasil-hasil pertanian penduduk setempat. Selain itu, juga kepala sapi dan uba rampe lainnya seperti kembang serta wewangian lainnya, tumpeng dan sebagainya. Bermacam-macam sesaji persembahan itu sebelum dilarung dimantrai terlebih dahulu. Yang jelas, tradisi larung sesaji hampir selalu menarik perhatian masyarakat dalam setiap perhelatannya. IC/VI/AND/07

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Share