Mencari informasi lewat kuesioner dan intel terbukti efektif membuat VOC memenangi persaingan dagang pada eranya.
*************
Malu bertanya, sesat di jalan. pribahasa ini rasanya sangat cocok untuk menggambarkan kecerdasan orang Belanda dalam menjalani bisnis mereka. Hal ini terungkap dari catatan dan data lama yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia. VOC adalah perusahaan modern di zamannya, yang menjalankan bisnisnya dengan sangat teratur dan profesional.
Hal ini terungkap lewat dokumen daftar pertanyaan bagi nahkota yang hendak masuk dan membongkar muatan di Batavia. Bermodal pertanyaan ini, para petugas VOC dapat menelusuri, apa-apa yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh pesaing mereka.
Metode ini mulai dilakukan oleh VOC pada sekitar 1694. Masa ini bertepatan dengan dinasti Qing yang mulai membuka sejumlah pelabuhan besar di negara mereka. Bukan itu saja, pemerintah Qing juga membuka hubungan diplomatik dengan banyak negara Eropa.
Tentu saja hal ini membuat Belanda semakin tidak nyaman. Pelabuhan Canton, Guangzou dan banyak pelabuhan yang lain pasti akan menjadi pesaing berat bagi Batavia.
Ilustrasi ramainya bandar di Canton, Source: brewminate
Celakanya, sejak China membuka diri, bangsa-bangsa asing, terutama Eropa, mereka langsung mengarahkan kapalnya dari selat Malaka ke China. Mereka dengan leluasa dapat berdagang dan bernegosiasi dengan biaya perjalanan yang lebih murah ketimbang harus mampir atau membeli barang di Batavia.
Terhitung sejak 1680 hingga 1690 an, kapal-kapal Inggris, Perancis dan Denmark secara ritun melakukan perjalanan ke China. Sejak saat itu, orang Belanda menyadari pentingnya pencatatan perjalanan, isi muatan, berapa jumlah armada dan banyak hal lain tentang kepabeanan.
Dan sejak 1698 para petugas VOC melaporkan hal-hal ini kepada kantor pusat mereka di Belanda. Pada 1700 mereka mendapat informasi ada 17 kapal Inggris yang singgah di Batavia, 6 diantaranya dengan tujuan China. VOC sadar, bagaimana perdagangan itu telah tumbuh dengan pesat.
Ditengah kekuatiran itu, VOC memutuskan menyebar kuesioner kepada kapal jung China yang singgah ke Batavia. Cara ini dipandang efektif karena bisa mendapat informasi tanpa harus pergi jauh-jauh ke China.
Caranya, para petugas akan menanyai nahkoda kapal jung ke China dan yang hendak berlabuh di Batavia. Para nahkoda jung ini dipastikan mengetahui detail kapal, muatan, awak kapal serta kapan jadwal mereka berlayar.
VOC punya mata dan telinga dimana-mana, Source: letrugnl
Informasi ini menjadi sangat penting bagi VOC untuk mengelola cara dagang mereka, juga untuk mengantisipasi jika ada serangan dagang dari para pesaing mereka. Cara ini juga sangat efektif untuk memprediksi jumlah supply and demand dari komoditas rempah dunia ketika itu.
Pada sekitar 1728 VOC memutuskan tidak lagi bergantung pada informasi dari jung-jung China. Mereka memutuskan untuk melayarkan armada mereka sendiri ke China, seperti yang sudah dilakukan oleh Inggris, Perancis dan yang lainnya.
Selain itu mereka juga membukan kantor dagang sendiri dan menanam mata-mata atau intel yang siap memberikan informasi penting mengenai pelayaran dan perdagangan komoditi yang mereka minati.
Mencari informasi lewat kuesioner dan intel terbukti efektif membuat VOC memenangi persaingan dagang pada eranya. Bahkan VOC terus berkembang menjadi perusahaan raksasa yang memberikan kemakmuran luar biasa pada negaranya. Sampai saat ini arsip dan data VOC itu masih tersimpan di Arsip Nasional RI. IC/AND.
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia