Inilah gaya voodoo Sumetera Barat. Ketika cinta ditolak, cukup meniup seruling maka penolak cinta akan dibuat tergila-gila. Meski langka namun ritual ini diam-diam masih dipraktekkan hingga sekarang.
Dua orang lelaki kerabat Rani berusaha sekuat tenaga menahan dengan memegangi tangan dan kaki gadis cantik ini. Ia meronta-ronta, menendang dan mencakar orang-orang yang ada disekitarnya. Dari mulut Rani terus meluncur kata ngelantur tak karuan.
“Rahardi, Rahardi dimana kamu, ini aku mengapa kamu pergi meninggalkan aku,” teriak Rani dengan pandangan kosong. Sedetik kemudian dara cantiknya terkulai lemas dan pingsan. “Sudah sejak sejam lalu kondisinya seperti ini. Sebentar sadar sebentar hilang. Tenaganya habis terkuras. Jika dilepaskan, dia mau berlari seperti mengejar seseorang,” ujar Dedy seorang kerabat yang memegangi Rani.
Menurut Dedy, Rahardi, nama yang disebut-sebut Rani adalah seorang lelaki yang dulu pernah hendak melamarnya. Lelaki itu sederhana, tapi sudah punya pekerjaan tetap. “Ketika itu, Rani menolak dengan alasan masih ingin meneruskan kuliahnya. Tapi alasan sebenarnya karena Rani sebenarnya naksir lelaki lain,” jelas Dedy.
Semenjak menolak pinangan Rahardi itulah kondisi kejiwaan Rani mendadak terguncang. Dia lebih banyak terlihat linglung dan senang menyendiri. Beberapa kali ia sempat jatuh sakit karena pola makannya mulai tak teratur. “Aku mau nikah sama kamu. Aku cinta kamu, ayo lamar aku lagi,” teriak Rani yang tiba-tiba siuman dari pingsan.
Melihat kondisi anaknya yang memprihantikan, Ramelan ayah Rani memutuskan meminta bantuan pada spiritualis didaerahnya. “Saya khawatir omongan Rani sudan merancu terus. Saya takut dia jadi gila beneran,” ujar Ramelan dengan wajah sedih.
Apa yang tengah dialami oleh Rani ini adalah akibat ilmu Sirompak. Sebuah ilmu santet dari daerah Sumatera Barat. Santet Sirompak ini terbilang istimewa, sebab medium yang menghubungkan penyantet atau pelaku dengan orang yang disantet atau korban, hanya lewat bunyi. Di daerah Taeh Barueh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, aktivitas dalam ‘memengaruhi’ seseorang tidaklah menggunakan senjata tajam atau sejenisnya, namun dengan saluang sirompak, alat musik tiup dari bambu dengan lima lubang.
Nil Ikhwan, Budayawan Sumatera Barat lewat tulisannya Proses Magis Sirompak pada 2003 menjelaskan bahwa alat musik ini menjadi medium bagi seorang laki-laki yang dipermalukan oleh wanita karena cintanya ditolak. “Laki-laki yang sakit hati itu kemudian mendatangi peniup saluang sirompak. Alat musik itu pun dibunyikan. Tak lama berselang, si gadis diyakini akan tergila-gila pada laki-laki yang awalnya ditolak. Bahkan, tak jarang, si gadis menjadi gila dalam arti sesungguhnya, tergantung pada kadar sakit hati yang diderita pihak laki-laki,” ungkap Nil.
Namun Nil mengatakan jika aktivitas ritus rompak ini sudah jarang dan langka dilakukan terhitung sejak Islam mulai masuk ke Sumatera Barat pada abad ke-14. Namun Basirompak merupakan budaya nagari Taeh Baruah yang disahkan masyarakatnya.
Nil Lantas menjabarkan jika Basirompak berasal dari kata dobrak, rampok, mengambil secara paksa. “Jadi dalam kajian budaya Basirompak ini adalah memaksa batin seseorang sesuai dengan keinginan orang yang melakukannya, dengan bantuan kekuatan gaib. Dengan bantuan kekuatan gaib itu pula orang yang awal benci bisa jadi tergila-gila, demikian juga sebaliknya,” ulas Nil.
Sebenarnya Sirompak ini adalah suatu bentuk upacara ritual magis yang dilakukan oleh seorang pawang sirompak bukan hanya untuk tujuan cinta atau perjodohan. Namun seriring perkembangan zaman, ilmu rompak ini kemudian lebih populer dan selalu dihubung-hubungkan dengan masalah asmara. “Sudah terjadi perubahan atau tepatnya modifikasi dengan tujuan untuk menaklukkan hati seorang perempuan yang telah menghina seorang laki-laki,” kata lelaki berkacamata ini.
Namun seperti halnya santet, pelet dan sebagainya, aktivitas magis ini sekarang kurang disukai oleh masyarakat. Mereka berpendapat tindakan-tindakan magis ini melanggar noma agama, adat bahkan hukum. Terlebih dampak yang ditimbulkan bisa sangat fatal.
Nil menjelaskan kegiatan basirompak ini dilaksanakan di tujuh tanjung yang terdapat di nagari Taeh Baruah. Sebelum melakukan upacara, pihak yang meminta penyelenggaraan upacara terlebih dahulu harus menyiapkan pambaokan atau sesajian berupa nasi kuniang, bareh rondang bungo pangia-pangia, kemenyan. “Tapi yang harus ada dan tak boleh ketingalan adalah salah satu unsur yang ada pada diri perempuan yang dituju seperti rambut, kuku, pakaian, foto, dan lain sebagainya. Benda-benda inilah yang memberikan hubungan magis ilmu dengan korban yang hendak disantet,” tegas Nil
Setelah semua perlengkapan telah tersedia, pawang sirompak melaksanakan tugasnya. Masing-masing tanjung didatangi lalu tukang sirompak menyiapkan sesajian dan membakar kemenyan, kemudian melantunkan dan mendendangkan mantra-mantra dalam bahasa melayu kuno. Hal yang sama dilakukan secara berturut-turut di ke tujuh tanjung tersebut.
Keberadaan tukang sirompak pada saat itu menjadi tumpuan para pemuda yang ditolak cintanya, sebagai kelanjutan dari legenda si babau. Mereka diperkirakan masih melakukan aktivitas ritual magis basirompak secara legal sampai tahun 1950an. Bahkan tahun 2000an pun, praktik itu masih berjalan walau diselenggarakan secara sembunyi-sembunyi. IC/VII/AND/16
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia