Jika Anda beranggapan pulau terpadat penduduknya adalah Pulau Jawa, Anda Salah!! Ternyata salah satu pulau di daerah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Ialah Pulau Bungin, pulau yang berjarak sekitar 70 kilometer dari Sumbawa Besar ini bukan hanya pulau terpadat di Indonesia, tapi dijuluki sebagai pulau terpadat di dunia.
Karena padatnya penduduk membuat Pulau Bungin tidak memiliki garis pantai. Hampir seluruh pesisir pulaunya dibangun menjadi rumah penduduk. Pulau ini memiliki luas 8,5 hektar dengan jumlah penduduk 3.400 jiwa. Dalam hitungan matematis, pulau ini punya kepadatan, 4 orang mendiami kawasa 100 meter persegi.
Lantas bagaimana masyarakat Bungin membangun hunian mereka dilokasi yang sangat kecil itu? Warga yang ingin membangun rumah, harus terlebih dahulu mereklamasi kawasan pantai dengan menguruk pantai dengan batu karang.
Dan karena lahan yang terbatas, beberapa keluarga terpaksa harus hidup dalam satu atap. Bahkan ada satu rumah yang harus ditinggali 12 orang dari 4 keluarga. Diperkirakan setiap tahunnya, rata-rata bertambah 100 buah rumah baru di Pulau Bungin. Akibat pertambahan ini ukuran Pulau Bungin jadi makin luas dan makin lebar dari waktu ke waktu.
Mayoritas masyarakat Bungin merupakan keturunan Suku Bajo, yang berasal dari Sulawesi. Masyarakat Suku Bajo terkenal sebagai suku pengembara laut serta penyelam ulung. Dari bayi, anak-anak Bungin dikenalkan dan akrab pada dunia laut melalui Upacara Toyah. Dalam ritual ini bayi dipangku 7 perempuan secara bergantian yang duduk di atas ayunan. Ayunan diibaratkan seperti gelombang lautan yang akan dihadapi sang anak saat besar nanti ketika menjadi pelaut. Sejak kecil, anak-anak Bungin sudah mahir menyelam di lautan. Karena hidup dari laut, anak-anak usia sekolah dasar sudah mampu mencari uang jajan sendiri dengan berburu ikan konsumsi atau ikan hias di laut.
Mayoritas penduduk Bungin bermata pencaharian sebagai nelayan. Ada yang mencari ikan dengan cara menyelam dan memanah. Sebagian lagi mencari ikan dengan menggunakan keramba, mencari lobster dan teripang. Pulau Bungin jadi kian padat karena masyarakat Bungin tidak memiliki tradisi merantau, mereka akan menikah dan tetap tinggal di Bungin. Kondisi ini yang membuat Pulau Bungin semakin padat.
Bahkan saking sesaknya, sama sekali tidak ada kebun dan sangat jarang pepohonan tumbuh. Karena tidak ada dedaunan untuk pakan, sampai-sampai kambing di Bungin punya kebiasaan makan kertas dan plastik. Satu-satunya lahan terbuka yang luas di Bungin adalah halaman masjid setempat.
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia