Source: malang-merdeka

Gunung Bromo di Jawa Timur selain indah ternyata menyimpan keunikan dan kekayaan budaya. Kekayaan budaya itu adalah Suku Tengger, suku asli yang mendiami lereng hingga kaki Gunung Bromo. Suku ini   berada di 4 Kabupaten, yaitu : Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Malang.  

Mayoritas Suku Tengger  beragama Hindu, sebagian beragama Islam serta  agama lainnya. Secara umum nama Tengger” diduga berasal dari gabungan nama Roro Anteng dan Joko Seger yang dianggap sebagai leluhur dari Suku Tengger. Uniknya Suku Tengger juga memiliki dialek Bahasa yang berbeda dengan Bahasa Jawa pada umumnya. Orang Tengger masih  mempertahankan dialek Bahasa Kawi. Bahkan beberapa kata  asli Jawa Kuno yang sudah tidak dipergunakan lagi oleh orang Jawa modern masih mereka gunakan.

Source : probolinggokap.go.id

Sejarah Suku Tengger memang belum banyak diketahui orang selain  kegiatan tahunan upacara persembahan Kasada. Orang  Tengger percaya bahwa mereka adalah  keturunan asli  masyarakat Majapahit. “Tengger” berasal dari penggalan dari kalimat : Tenggering Budi Luhur, yang artinya kurang lebih,   budi pekerti yang luhur sebagai pedoman dan  watak masyarakat Suku Tengger.  

 Robert W. Hefner menulis dalam bukunya yang berjudul : “Hindu Javanese”: Tengger Tradition and Islam yang menjelaskan bahwa Suku Tengger adalah keturunan dari pengungsi Kerajaan Majapahit. Majapahit sendiri berakhir pada  abad   ke-16, sejarah mencatat kemuduran dan kehancuran Majapahit ini karena serangan Kerajaan Demak, serta konflik perang saudara yang tak kunjung usai. Hal ini membuat banyak pejabat kerajaan dan rakyat memilih meninggalkan pusat kota untuk mencari tempat aman.

Sebagian besar mengungsi ke Pulau Bali. Namun sebagian kecil ada yang memilih untuk   sebagian lainnya menempati pegunungan di lereng Gunung Bromo ini. Karena kondisi alam yang sangat sulit membuat mereka terisolasi dari pengaruh luar, mereka lantas disebut orang Tengger sesuai dengan daerah tempat tinggalnya. Hong ulun basuki langgeng  adalah semboyan masyarakat Tengger. Orang Jawa pada umumnya menyebut masyarakat Tengger ini sebagai Wong Brama, karena bertempat tinggal di dataran tinggi kawasan pegunungan Bromo serta masih mengamalkan ajaran leluhur.

Source : harnas

Meski hidup dalam suasana yang sederhana, orang Tengger terkenal memiliki dan aturan dan taat pada agamanya.  Meski  telah menganut agama Hindu Dharma, tetapi tradisi-tradisi sebelumnya tetap dilaksanakan. Penduduk suku Tengger diyakini merupakan keturunan langsung dari Kerajaan Majapahit.

Bagi masyarakat suku Tengger, Gunung Bromo atau Gunung Brahma dipercaya sebagai gunung suci. Karena itu setahun sekali digelar ritual Yadnya Kasada atau Kasodo. Ritual upacara ini mengambil  tempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara yakni Pura Luhur Poten Bromo dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo.

Sebelum seperti sekarang ini yang  didirikan pura,  tempat tersebut hanyalah pelataran dari semen, tempat seluruh dukun pandhita se-Tengger melakukan Upacara Kasadha. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 pada bulan kasada atau kedua belas menurut kalender Tengger. IC/VIII/AND/18

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Komentar Untuk Suku Tengger, Suku Jawa Istimewa