Benteng ini jadi saksi perjanjian damai antara Sultan Khairun dengan Gubernur Portugis Diego Lopez de Muspito. Tetapi para pejabat Portugis justru khianat dengan membunuh Sultan Khairun di Benteng Kastela yang berada tak jauh dari benteng Kota Janji ini.
*************
Benteng ini berdiri kokoh di atas ketinggian 50 meter dari permukaan laut. Terlihat anggun menjaga perairan disekitar Selatan Ternate. Benteng ini menyimpan banyak memoar tentang pahit getir perjalanan sejarah sebuah bangsa yang kaya raya dengan rempah yang menjadi incaran dan bulan-bulanan bangsa lain.
Benteng ini mulai digagas dan dibangun ketika orang-orang Portugis membutuhkan tempat penyimpanan sementara usai membeli hasil bumi Ternate. Perdagangan yang menguntungkan disertai sikap ramah warga lokal adalah daya tarik bagi Portugis untuk melakukan penguasaan atas komoditas serta manusia yang tinggal di pulau ini.
Dan benteng adalah tanda eksistensinya. Selain dapat difungsikan sebagai kantor, dan gudang penyimpanan barang dagangan, benteng juga dapat menjadi alat untuk mempertahankan diri dari serangan musuh.
Dibangun pada masa kolonial Portugis, atas perintah Gubernur Portugis untuk Maluku Antonio de Brito pada sekitar 1532. Menurut catatan sejarah, setelah selesai dibangun diberi nama Fort San Jao. Untuk beberapa tahun Portugis dapat mengamankan posisinya sebagai penguasa perdagangan rempah dengan adanya benteng ini.
Namun sebuah konflik berdarah membuat semua rencana Portugis itu berantakan. Benteng ini menjadi saksi bisu kelicikan Gubenur Diego de Lopez yang memerintahkan seorang kaptennya untuk melakukan pembunuhan secara brutal pada Sultan Khairun.
Awalnya pertemuan itu berjalan biasa saja, memang benih konflik itu sudah ada. Karena dirasa tidak ada penyelesaian, Sultan memutuskan untuk meninggalkan benteng tempat pertemuan itu. Pada saat yang sama, dari belakang seorang perwira Portugis mendekat dan menusuk berkali sang sultan hingga meninggal dunia.
Kejadian inilah yang membuat Portugis diperangi masyarakat Ternate dan diusir untuk selamanya dari kawasan kaya rempah itu pada 1575.
Benteng ini lantas dikuasai oleh Spanyol pimpinan Gubernur Don Pedro de Acuna. Pada 1610 benteng ini dilaporkan diperkuat oleh 27 prajuritnya dan 20 prajurit papangger sebutan untuk prajurit dari Filipina, serta dilengkapi oleh 6 meriam beserta amunisinya. Oleh Spanyol benteng ini lantas diberi nama Fort Santo Pedro y Paulo, untuk menghormati Gubernur Pedro.
Source: kemdikbud
Sama seperti Portugis, Benteng ini oleh Spanyol juga dipakai sebagai tempat untuk mengawasi perairan antara Pulau Ternate dan Tidore, Sebagai basis militer, benteng ini bernilai strategis bagi Spanyol karena dari sini dapat dengan mudah memindahkan prajurit dan alat-alat temput keberbagai tempet terutama ke Manila.
Jika laut tenang, armada Spanyol dapat lego jangkar di pesisir pantai sebelah selatan benteng ini. Tempat ini juga cukup mudah untuk melakukan mobilisasi prajurit dan pengisian logistik.
Oleh warga Ternate, benteng ini diberi nama khusus yakni Benteng Kota Janji. Di beri nama benteng Kota Janji karena benteng ini pernah menjadi saksi perjanjian damai antara Sultan Khairun dengan Gubernur Portugis saat itu, Diego Lopez de Muspito.
Tetapi para pejabat Portugis ingkar, dan melakukan pengkhianatan dengan membunuh Sultan Khairun di Benteng Kastela yang berada tak jauh dari benteng Kota Janji ini.
Setelah ratusan tahun dibiarkan terbengkalai, benteng ini mengalami kerusakan berat akibat pengerukan pasir di sekeliling benteng. Akibatnya, sebagian besar benteng terendam air laut. Baru pada 1994 benteng ini dipugar oleh Pemerintah Indonesia sehingga kembali utuh tanpa merubah bentuk asli benteng.
Pada masa sekarang Benteng Kota Janji berada di Jalan Ngade, Desa Fitu, Kecamatan Ternate Selatan, Provinsi Maluku Utara. IC/III/AND
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia