Rempah menjadi komoditas global bahkan sejak abad pertengahan, Source: spiceluxe.
Sejak lama, Nusantara sudah kondang sebagai surganya rempah. Abad eksplorasi, membuka mata dunia untuk berburu langsung ke sumbernya.
*****************
Setidaknya sejak pada abad ke-7 Masehi, pelayaran dan perdagangan dari Asia Timur, Asia Selatan dan Asia Barat menuju Nusantara sudah mulai ramai. Para pedagang ini mencari dan berburu rempah yang bernilai tinggi. Cengkih, pala, bunga pala, kayu cendana, lada, gaharu, kamper atau sebagian orang menyebutnya kapur barus, dan beberapa produk rempah lainnya.
Cengkeh dihasilkan Ternate, Tidore, Halmahera, Seram, dan Ambon. Sedangkan Pala dan fuli (kulit biji buah pala) banyak tumbuh di Pulau Run di Kepulauan Banda. Kayu manis, kemenyan, kapur barus dari Sumatera dan Jawa, kayu cendana banyak dihasilkan di Pulau Timor dan Sumba, sedangkan lada dari Banten, Sumatera, dan Kalimantan Selatan.
Lada hitam dan putih sejatinya berasal dari satu buah, Source: wikipedia
Lada Hitam (Piper Nigrum)
Lada hitam (piper nigrum) rempah pertama yang dibudidayakan dan diperdagangkan secara luas. Komoditi ini merupakan salah satu jenis rempah yang paling dicari karena kemampuannya untuk disimpan selama bertahun-tahun tanpa kehilangan rasa dan aroma.
Lada hitam dianggap sebagai rempah yang utama, dibandingkan rempah-rempah lainnya. Karakteristik rempah ini adalah rasanya yang pedas dan aroma yang khas menjadi unsur bumbu dalam berbagai jenis masakan. Dapat dikatakan lada hitam adalah rempah yang selalu tersedia di dapur di hampir seluruh rumah tangga di dunia.
Bagi masyarakat Eropa lada telah lama digunakan sebagai bumbu penting dalam masakan mereka. Di Mesir kuno rempah ini digunakan sebagai bahan dalam proses pembalseman atau pengawetan mayat.
Bangsa Arya yang hidup ribuan tahun sebelum masehi menggunakan lada sebagai bahan obat-obatan yang berharga. Kisah tentang pemanfaatan lada telah disebarkan oleh para pelaut sejak zaman kuno hingga ketenaran kisah-kisah itu tersebar baik di dunia Barat maupun Timur.
Awalnya orang-orang barat mengira tempat asal lada ialah Kerala yang terletak di Malabar, di India Barat Daya. Lada Nusantara baru menjadi komoditi yang termasyhur sejak abad ke-12. Menurut sumber Cina, yaitu laporan perjalanan Chau Ju Kua, lada disebut sebagai komoditi yang dihasilkan di Jawa. Pada abad yang sama Sumatera belum dikenal sebagai daerah penghasil lada.
Laporan tentang produksi lada di Sumatera dibuat oleh Ma Huan pada awal abad ke- 15. Sangat mungkin lada yang dibudidayakan di Sumatera diperkenalkan oleh orang-orang Jawa atau oleh orang-orang India yang datang langsung ke pulau tersebut.
Tanaman lada merupakan tanaman tropis yang memerlukan curah hujan tinggi dan kelembaban udara. Proses mendapatkan lada hitam dimulai ketika buah lada dipetik saat belum sepenuhnya matang. Buah tersebut kemudian difermentasikan dan dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kandungan airnya hilang dan warnanya berubah menjadi coklat kehitaman.
Buah lada yang masih muda, Source: jmps
Lada Putih
Lada putih lebih disukai di negara-negara tertentu dan juga oleh kalangan elit karena warnanya yang terkesan lebih bersih. Lada putih dihasilkan dengan cara merendam buah lada matang di dalam air untuk beberapa hari, menggosok buah yang sudah direndam untuk melepaskan kulit buah, mencucinya kembali dan kemudian mengeringkannya. Nusantara telah lama dikenal sebagai penghasil lada putih berkualitas.
Pada mulanya di India kuno, lada adalah tanaman liar yang tumbuh di hutan. Lada yang telah didapatkan dibawa ke pasar-pasar lokal untuk diperdagangan dengan para saudagar Arab. Oleh para pedagang Arab lada dibawa dari India ke arah barat laut ke Mesir dan Eropa. Dalam perkembangannya permintaan lada yang semakin meningkat menyebabkan hasil produksi lada dari hutan tidak lagi mencukupi.
Ketika itulah mulai dilakukan upaya budidaya lada dengan menanamnya dalam jumlah besar dalam bentuk kebun-kebun lada. Para pedagang dari India diyakini telah memperkenalkan tanaman lada ke Indonesia pada sekitar seratus tahun sebelum Masehi. Nusantara adalah wilayah kedua setelah India yang membudidayakan lada dalam skala yang besar.
Penggambaran orang Eropa pada orang-orang Nusantara, Source: cbe.
Beberapa laporan menyatakan lada mulai ditanam di Jawa paling tidak sejak awal abad Masehi. Bahkan Marco Polo pada abad ke-12 menyatakan bahwa penanaman lada saat itu telah berkembang di Jawa. Selain dibawa oleh para pedagang India, lada sangat mungkin pada mulanya dibawa ke nusantara oleh para pelaut Polinesia dan melalui jalur perdagangan maritim.
Hubungan perdagangan maritim yang intensif antara Malabar dan Cina diketahui telah ada sekitar abad 4-5 Masehi. Tanaman lada dapat dibudidayakan dengan baik di beberapa daerah di Nusantara karena faktor tanah dan iklim yang sesuai.
Di masa yang lebih kemudian, yaitu di abad ke-10 dan 11 kerajaan Chola yang terletak di selatan India telah meluaskan pengaruhnya ke Jawa dan Bali. Perluasan pengaruh ini merupakan proses kelanjutan dari pengenalan tanaman lada ke nusantara.
Gelombang terakhir dari pengenalan budidaya lada ke nusantara adalah ketika jaringan perdagangan Islam mulai menjangkau Asia Tenggara di abad ke-12. Perluasan pengaruh ini juga membawa pengaruh bagi semakin pentingnya lada sebagai komoditi yang laku di pasaran dunia.
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia