Menurut Kakawin Nagarakretagama, pupuh VIII-XII yang merupakan sumber tertulis otentik dapat diketahui perkiraan mengenai gambaran Kota Majapahit sekitar tahun 1350 masehi. Tidak seperti kota atau perkotaan zaman modern, kota raja atau ibu kota Majapahit adalah kumpulan bangunan megah dengan tembok tinggi yang mengelilinginya.
Namun Pigeaud (1962), seorang ahli sejarah kebangsaan Belanda, punya pendapat berbeda. Ia menyimpulkan, Majapahit bukan kota yang dikelilingi tembok, melainkan sebuah komplek bangunan permukiman besar dengan struktur yang dilikupi bangunan-bangunan yang lebih kecil. Bangunan-bangunan itu satu sama lain dipisahkan oleh areal atau lapangan terbuka. Tanah-tanah terbuka tersebut dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan umum, seperti taman bermain, pasar, tempat hiburan atau pertunjukkan dan tempat-tempat pertemuan masyarakat.
Menurut Pigeaud, tembok batu merah tinggi dan tebal yang menunjukkan kekuatannya hanya mengitari keraton. Tembok batu bata inilah benteng Keraton Majapahit. Tembok benteng ini memiliki pintu besar di sebelah barat yang dinamakan gerbang “Purawuktra” yang menghadap ke lapangan luas. Lapangan luas itu dibatasi oleh parit lebar dengan air yang mengalir mengelilingi lapangan. Di tepian benteng “Brahmastana”, ada bangunan lebih kecil yang berderet-deret memanjang dan berbagai-bagai bentuknya. Tempat ini dipakai oleh para perwira untuk memantau atau memonitor situasi keamanan dan kondisi pasukan pengawal istana yang menjaga Paseban.
Perkampungan dan Dusun
Secara pasti memang belum diketahui bagaimana bentuk rumah tradisional peninggalan Kerajaan Majapahit. Namun dari sejumlah artefak yang ditemukan ada banyak artefak dari tanah liat bakar berupa miniatur rumah dan temuan struktur bangunan yang diduga sebagai tipikal rumah Majapahit.
Ekskavasi di Trowulan pada 1995 menunjukkan struktur bangunan berupa kaki dari tanah yang diperkuat dengan susunan batu yang berspesi tanah setebal 1 cm, sebagai batur rumah. Batur berbentuk empat persegi panjang tersebut memiliki ukuran 5,20 x 2,15 meter dengan tinggi mencapai 60 cm. Sementara Di sisi utara terdapat struktur tangga bata yang berjumlah 3 anak tangga. Denah dan struktur bangunan rumah itu diketahu jika rumah tersebut menghadap ke utara dengan kecondongan sekitar 90 55 derajat ke timur, seperti juga orientasi hampir dari semua arah struktur bangunan yang ada di Situs Trowulan. Bersambung – IC/AND/XV/05