• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Historica
  • Post last modified:28 Juni 2022
  • Reading time:4 mins read

Cakranegara yang saat ini menjadi salah satu pusat perniagaan di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah yang sarat dengan nilai historis.

Ketika menginjakkan kakinya di wilayah Nusa Tenggara Barat, ekspedisi militer Belanda menggempur habis-habisan puri atau istana di Cakranegara. Gempuran ini mengakibatkan kediaman Raja Karangasem yang menjadi penguasa di wilayah Lombok, luluh lantak.

Berdasarkan beberapa referensi disebut-sebut bahwa sehari sebelum akhirnya Belanda berhasil menguasai Cakranegara, dilaporkan mereka menemukan sebuah naskah sastra yang ditulis di lembaran daun lontar di antara puing-puing reruntuhan bangunan.

Keraton yang luluh lantak diserbu Belanda, Source: tropenmuseum

Naskah dalam Cakep atau ikatan daun lontar itu adalah naskah Negarakretagama karya Mpu Prapanca, pujangga Majapahit yang hidup pada abad ke-14 M. Naskah ini kemudian diangkut ke Belanda dan diterjemahkan.

Seperti diketahui kemudian, Negarakretagama yang pernah disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden Belanda kemudian dikembalikan ke Pemerintah Indonesia di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kini naskah tersebut menjadi koleksi unggulan Perpustakaan Nasional di Jakarta.

Negarakretagama berisi rekaman sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit, perjalanan Raja Hayam Wuruk, Raja Majapahit, serta kondisi sosial, politik, keagamaan, pemerintahan, kebudayaan, dan adat istiadat.

Lantas naskah tersebut digubah menjadi karya sastra oleh Mpu Prapanca, berdasarkan pengalamannya mengunjungi daerah-daerah kekuasaan kerajaan itu di Nusantara.

Negarakertagama

Konon Lontar tersebut ada di Puri Cakranegara, Lombok, karena dibawa oleh keluarga Kerajaan Kediri pada masa kekuasaan mereka di Karangasem, ujung timur Pulau Bali, sekitar abad ke-17 M sampai pertengahan abad ke-18 M.

Lombok merupakan wilayah kekuasaan Raja Karangasem, Namun sebelumnya sudah ada beberapa kerajaan, seperti Kerajaan Selaparang dan Pejanggik.

Salah satu isi Negarakretagama adalah diterapkan sistem pemerintahan dan sekaligus pertahanan mirip Majapahit. Tujuannya untuk menjadikan Lombok sebagai benteng mempertahankan ajaran Hindu.

Hal ini sebagai antisipasi atas masuk dan berkembangnya ajaran Islam di Jawa, yang ditandai dengan masuknya Raja Jenggala dan kerajaannya sebagai kerajaan Islam. Perbedaan agama yang dianut masing-masing itu, diakui, menjadi salah satu penyebab meletusnya konflik yang berujung pada perang saudara dua kerajaan ini.

Sisa-sisa pengaruh Majapahit masih terlihat jelas di Cakranegara, Source: ist

Sumber Pengetahuan

Naskah Negarakretagama karya Mpu Prapanca ini terdiri dari 98 pupuh yang disusun dalam dua bagian, Bagian pertama terdiri dari 49 pupuh yang mengisahkan raja dan keturunannya, uraian tata perkotaan dan wilayah Kerajaan Majapahit, perjalanannya berkeliling di wilayah Majapahit di bagian timur, saat itu raja tengah mengunjungi, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang.

Kitab ini diakhiri dengan silsilah Raja Hayam Wuruk mulai dari dinasti Singasari sampai dinasti Majapahit.

Pada bagian kedua naskah ini terdiri 49 pupuh, yagn menceritakan perjalanan raja dan upacara ziarah ke makam-makam leluhurnya, kematian patih Gajah Mada, dan uraian mengenai bangunan-bangunan suci yang terdapat di Jawa dan Bali.

Mpu Prapanca juga menceritakan rangkaian prosesi upacara , yang rutin diulangi setiap tahun, disertai puji-pujian terhadap keluhuran raja. Negarakretagana pendeknya menjadi gudang pengetahuan tentang Majapahit abad ke-14.

Serangan Belanda pada 1889 di Puri Cakranegara

Pengaruh Majapahit sangat kuat bagi Kerajaan Lombok dalam bidang politik, pemerintahan, sosial, budaya, dan ekonomi. Tata laksana administratif pemerintahan Majapahit diadopsi penuh di Lombok. Kitab ini menjelaskan jika raja memiliki pembantu di tingkat kecamatan, yang disebut Punggawa atau camat pada masa sekarang, dan Pembekel di tingkat desa.

Mereka didampingi petugas seperti penghulu dan kiai dalam urusan tradisi dan agama, dan juga keliang, pembantu Pembekel di tingkat dusun.Hirarki pemerintahan di desa seperti itu masih terlihat pada beberapa desa di Kecamatan Bayan, Lombok Barat.

Kedatangan Belanda membuka akses Lombok di bidang ekonomi. Saat itu sudah banyak kapal dagang, yang singgah pada beberapa pelabuhan Lombok. Lombok sendiri makin berkembang bidang pertanian dan perdagangan, terutama sejak Gunung Tambora, yang berada di wilayah Kabupaten Bima dan Dompu, Pulau Sumbawa, meletus dahsyat pada 1815.

Tulisan Lekkerkerker yang dibuat pada 1920 menyebutkan, pada 1839 Lombok sudah menjadi menjadi sentra produksi kapas berkualitas baik, kayu Sepang, serta beras. Pada tahun yang sama tercatat transaksi perdagangan 18 ribu ton beras dikeluarkan dari Lombok untuk dikirim ke Jawa, Madura, dan Makassar, bahkan sampai Mauritius dan Cina.

Kayu Sepang umumnya diproduksi di Desa Pelambek, Lombok Tengah, kemudian diangkut melalui pelabuhan Pijot di Lombok Timur. Disebut-sebut Lombok berada di tengah-tengah jalur perdagangan internasional yang terbuka, antara Singapura, Australia, dan China, pada abad ke-19.

Pada 1835 saja pelabuhan Ampenan mencatat dikunjugi oleh 18 kapal, 3 kapal Perancis dan 15 kapal Inggris. IC/IV/AND/16.

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Komentar Untuk indonesia culture, indonesian culture, budaya indonesia, adat indonesia