Historica

Artefak Porselen Kerajaan Champa di Indonesian Islamic Art Museum

Kerajaan Champa diperkirakan berdiri akhir abad ke-2 dan bertahan hingga abad ke-19. Konon, nama Champa berasal dari bahasa Sanskrit dari kata campaka yaitu sebuah pohon berbunga Magnolia campaka atau cempaka wangi.

Champa mencapai puncak kejayaan pada abad ke-7 hingga abad ke-10 masa pemerintahan Raja Prithindravarman hingga Raja Jaya Simhavarman II. Saat itu ibukota kerajaan di wilayah Indrapura  yang menjadi bandar perdagangan internasional dan komoditas unggulannya adalah rempah-rempah dan sutra kualitas tinggi. Wilayah kekuasaan kerajaan Champa meliputi Vietnam tengah dan selatan hingga mencapai Laos. Kerajaan Champa terdiri atas 5 konfederasi kota yaitu Indrapura, Amaravati, Vijaya, Kauthara, dan Panduraga.

Masuknya Islam di Champa

Setelah abad ke-10 M, Kerajaan Champa  beralih ke Islam karena terpengaruh oleh banyaknya pedagang-pedagang muslim dari Arab yang singgah dan menetap di pelabuhan-pelabuhan kerajaan Champa. Para pedagang tersebut kemudian berdakwah agama Islam sambil melakukan perkawinan dengan dengan penduduk asli Kerajaan Champa khususnya putri-putri bangsawan.

Catatan sejarah menyebutkan raja muslim  Champa pertama adalah Raja Che Bong Nga,  1360 – 1390 M. Beliau bersyahadat dengan tuntunan dari Habib Sayyid Husein Jumadil Kubro. D  Raja Che Bong Nga kemudian berganti nama menjadi Sultan Zainal Abidin. Sejak itulah Kerajaan Champa berubah menjadi Kerajaan Islam.

Hubungan Kerajaan Champa dengan Nusantara

Sejak dahulu Champa sudah bersekutu dengan Sriwijaya, Singasari hingga Majapahit. Pada masa pemerintahan Raja Kertanegara terjadi perkawinan politik antara adik sang raja Putri Tapasi dengan Raja Champa Jaya Simhawarman III (1287-1307) dengan tujuan agar Champa ikut andil menghalangi invasi pasukan Kubilai Khan Mongol ke Jawa.

Hubungan  ini terus berlanjut saat masa akhir Kerajaan Majapahit ketika terjadi perkawinan politik antara Dewi Dwarawati dari Champa dengan Prabu Brawijaya V. Perkawinan keduanya kemudian melahirkan Raden Patah yang kelak menjadi raja pertama Kerajaan Demak.

Keberadaan imigran muslim asal Kerajaan Champa di Nusantara melahirkan keturunan beberapa tokoh Wali Songo yang menjadi penyebar agama Islam di tanah Jawa. Beberapa contohnya adalah Raden Rahmat Sunan Ampel merupakan putra dari pasangan Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As Samarqandiy dengan putri Champa bernama Chandra Wulan. Kemudian, Sultan Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati merupakan putra dari Sultan Champa periode 1471 – 1478 bernama Sultan Syarif Abdullah Umdatuddin atau Wan Bo Tri Tri dengan Nyai Rara Santang putri Prabu Siliwangi Padjajaran.

Sejarah panjang Kerajaan Champa ini menginspirasi Museum Islam Indonesia Lamongan untuk memajang benda-benda peninggalan Kesultanan ini dalam museum. Berikut ini merupakan beberapa koleksi porselen peninggalan Kerajaan Champa di Indonesian Islamic Art Museum:

Celadon Ginger Jar (Guci Jahe) 

Guci ini berbentuk unik dengan tutup sosok macan atau hatimau. Guci yang berasal dari abad ke-12 terbuat dari material porselen yang diperkirakan. Guci ini berfungsi sebagai tempat menyimpan dan mengangkut rempah-rempah seperti garam, minyak, maupun jahe.

Blue and White Covered Box

Guci-guci mungil dari material porselenini diperkirakan dari abad ke-12 M yang terbuat. Berfungsi sebagai tempat menyimpan rempah-rempah atau obat-obatan alami seperti garam, lada, cengkeh, dan lain-lain. Motifnya indah terlihat dari guratan-guratan hiasan pada sekelilingnya yang menggunakan tinta hitam di bidang permukaan yang putih.

Celadon Ewer (Kendi)

Kita menyebut Celadon Ewer ini sebagai kendi yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan air untuk minum. Masih menggunakan material dari porselen, diperkirakan dibuat pada abad ke-12 M dengan bentuk mirip dengan kendi di Jawa namun dengan bahan premium dan polesan yang bagus.

Monochrome Jar (Guci Monokrom)

Guci ini biasanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan rempah-rempah dengan ukuran lebih besar. Motif bentuknya menggunakan warna monokrom coklat-putih dan diperkirakan berasal dari abad ke-12 hingga ke-13 M dengan material bahan dari porselen.

Museum Islam Indonesia Lamongan juga menghadirkan ribuan koleksi artefak peninggalan kerajaan-kerajaan Islam dari berbagai daerah di dunia maupun Nusantara. Penasaran ingin melihat lebih dekat indahnya beragam koleksi porselen dari Kerajaan Champa? Mari berkunjung ke Museum Islam Indonesia Lamongan yang berlokasi di Jl. Raya Deandles Paciran, Lamongan. IC/AND/XVIII/26

Share
Published by
Wisnu