Belum banyak yang tahu jika manusia sudah piawai membuat alat-alat dari logam. Masa itu disebut zaman logam sekitar 3000 SM hingga 1200 SM. Zaman prasejarah ini manusia sudah terampil dalam membuat alat-alat logam. Produksi alat-alat logam itu dengan cara melelehkan logam, kemudian menempatkan cairan metalik ke dalam cetakan alat yang akan dibuat.
Teknik pembuatan alat-alat dari bahan logam ini dengan menggunakan dua metode. Yakni dengan cetakan batu atau bivalve, dan yang kedua dengan menggunakan cetakan tanah liat dan lilin atau a cire perdue. Para ahli menyebut, zaman logam sebagai masa perundagian karena dalam masyarakatnya timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.
Kapak Candrassa
Kapak Candrasa terbuat dari perunggu. Namun meski bernama kapak, namun secara tipologis masuk pada golongan kapak upacara. Ini karena bentuknya yang indah, unik, berpola hias geometris pada tangkainya, juga berbentuk lebih pendek dan melebar ke bagian pangkalnya.Candrasa termasuk pada kapak upacara karena dipakai sebagai sarana upacara ritual adat yang berhubungan dengan aliran kepercayaan atau sistem perayaan adat.
Kapak Corong
Serupa dengan kapak batu, kapak jaman logam ini mempunyai bentuk seperti corong pada tangkainya yang disematkan pada kayu. Orang mengenal kapak ini sebagai kapak sepatu. Ini karean bentuknya mirip sepatu dengan gagang kayu yang disematkan seperti kakinya. Kapak yang fungsinya untuk berburu, bercocok tanam, dan perkakas adalah tipe kapak sepatu sementara kapak yang digunakan untuk keperluan adat adalah kapak candrasa.
Nekara
Nekara benda prasejarah yang disucikan dan sebagai simbol status sebuah suku. Fungsi nekara sebagai alat tabuh pemanggilan arwah nenek moyang, sebagai penabuh genderang perang. Juga menandai acara sakral seperti ritual memohon turunnya hujan. Bentuk nekara ada yang besar dan tinggi, ada pula yang sedang, tergantung tempatnya.
Perhiasan
Perhiasan peninggalan zaman logam perunggu sangat beragam bentuknya kalung, gelang tangan dan kaki, bandul, cincin, dan juga perhiasan bekal di kubur. Ada juga cincin yang ukurannya sangat kecil bahkan melebihi ukuran anak-anak. Kemungkinan, cincin kecil tersebut adalah alat tukar. Daerah penemuan artefak perunggu tersebar hampir di seluruh Indonesia seperti Bogor, Malang, Situbondo dan Bali.
Sementara Manik-manik pada zaman logam perunggu sebagian besar berfungsi sebagai bekal kubur. Awalnya manik-manik tersebut dipakai sebagai perhiasan, alat tukar, dan alat untuk upacara keagamaan. Benda ini dibuar dari batu yang terbentuk setengah permata seperti akik dan kalsedon, kaca, kulit kerang atau tanah liat bakar.IC/AND/XVIII/24