Berita Cina era dinasti Ming menyebutkan bahwa Jawa mempunyai empat kota tanpa tembok. Disebutkan bahwa setiap kapal asing pertama kali singgah di Tuban kemudian Gresik setelah itu ke Surabaya hingga akhirnya masuk ke pedalaman dimana raja bertahta.
Dalam catatan itu dirinci, Gresik berada di sebelah timur Tuban yang dapat dicapai dengan setengah hari perjalanan. Dan kurang lebih 11 kilometer dari Gresik ada Surabaya. Kemudian dan Surabaya harus menggunakan perahu layar kecil masuk ke pelabuhan Canggu yang jaraknya sekitar 40 kilometer.
Selain sebagai pelabuhan di Canggu juga terdapat pasar yang sangat ramai. Banyak pedagang lokal maupun orang luar yang berdagang atau menjajakan barangnya disini. Dari Canggu, masih harus berjalan darat untuk sampai ibukota ke arah selatan selama setengah hari perjalanan.
Para pedagang asing yang datang ke Majapahit umumnya berasal dari Campa, Khmer, Thailand, Burma, Sri Langka dan India. Tentu saja para pedagang ini telah menetap di beberapa tempat lain di Jawa sebelum datang ke Majapahit. Bahkan beberapa dari mereka telah dikenai pajak oleh aparat kerajaan. Ini artinya mereka sudah lama berdomisili dan berusaha di Majapahit.
Sementara untuk komoditi perdagangan yang dijajakan antara lain, sutra dan keramik China, kain dari India dan dupa dari Arab dan Persia. Berbagai barang tersebut ditukar dengan aneka produk hasil pertanian dan rempah-rempah.
Selain dari China, pada masa itu juga telah di import keramik dari Vietnam atau Annam berupa piring, mangkuk, cepuk dan gelas besar. Dari Thailand (Sukhotai dan Sawankalok) keramik yang diimpor berupa piring, mangkuk dan gelas kecil, juga keramik dari Khmer.
Data yang ada menunjukkan bahwa mata uang logam Cina yang banyak ditemukan di Trowulan adalah mata uang logam dari dinasti Song ( era 960-1279 M). Hal ini disebabkan pada masa Majapahit, Cina banyak mengimport merica dari Jawa. Akibatnya banyak mata uang logam Cina yang mengalir ke Jawa, sehingga persediaan mata uang logam Cina menyusut. Pemerintah Cina berusaha untuk membendungnya karena perdagangan tersebut menguntungkan pihak saudagar, namun penyelundupan mata uang logam Cina tetap terjadi.
Ada dua jalur pelayaran dari dan ke Cina, yaitu jalur pelayaran barat dan jalur pelayaran timur. Yang ada hubungannya dengan Jawa adalah jalur pelayaran barat, meliputi Vietnam-Thailand Malaysia-SumateraJawa-Bali-Timor. Kapal dagang Cina berangkat ke Indonesia melalui barat dan kembali ke Cina menyusuri pantai barat daya Kalimantan. Rupa-rupanya sebelum orangorang Cina membuka pintu perdagangan dengan Indonesia, khususnya dengan Jawa Timur, maka pelayaran dan perdagangan kebanyakan di tangan bangsa Indonesia sendiri.
Dari fakta sejarah tersebut dapat disimpulkan pada masa Majapahit hubungan dagang antara Cina dan Majapahit telah berkembang pesat. Faktor lingkungan alam yang ikut mendukung berkembangnya perdagangan Majapahit lewat jalur pelayaran adalah adanya dua sungai besar di Jawa Timur, yaitu Bengawan Solo dan Sungai Brantas. Kedua sungai tersebut sebenarnya telah berperan sejak masa sebelum Majapahit, karena kedua sungai tersebut bermuara di laut Jawa yang merupakan jalur utama dalam perdagangan.
Ada dua jalur pelayaran dari dan ke Cina, yaitu jalur pelayaran barat dan jalur pelayaran timur. Yang ada hubungannya dengan Jawa adalah jalur pelayaran barat, meliputi Vietnam-Thailand Malaysia-SumateraJawa-Bali-Timor. Rupanya kapal dagang Cina berangkat ke Indonesia melalui barat dan kembali ke Cina menyusuri pantai barat daya Kalimantan. Rupa-rupanya sebelum orang-orang Cina membuka pintu perdagangan dengan Indonesia, khususnya dengan Jawa Timur, maka pelayaran dan perdagangan kebanyakan di tangan bangsa Indonesia sendiri. IC/AND/XII/14