Beli dengan harga murah, jual setinggi-tingginya, Source: whe
Saat di Tidore, orang-orang Spanyol di ejek orang Portugis karena harga cengkih yang mereka beli kelewat mahal. Tapi orang Spanyol tetap tenang karena mereka tahu keuntungan dari perdagangan rempah ini bisa mencapai 32.000%.
**************
Ada pertanyaan yang menggelitik, mengapa negara-negara Eropa seperti Portugis, Spanyol, Belanda belakangan juga Inggris, seperti berjudi dengan nasib serta mempertaruhkan segalanya (bahkan nyawa) untuk mendapatkan rempah-rempah. Tak hanya itu, setelah mendapatkan, mereka juga berlomba-lomba untuk mendapatkan klaim atas monopoli perdagangan rempah.
Bahkan dengan dana besar, mereka juga melakukan pendekatan politik pada penguasa lokal. Menggunakan kekuatan militer hingga membangun benteng-benteng pertahanan dengan biaya yang tidak sedikit. Jawabannya sederhana, semua ini karena keuntungan dari perdagangan komoditas rempah sangat fantastis dan hampir-hampir tak masuk akal.
Rempah saat dibongkar di Eropa, keuntungan hingga puluhan ribu persen, Source: wikipedia
Saudagar Arab pernah mengatakan, bahwa jika ia membawa enam perahu dan mengisi perahunya itu dengan rempah, maka saat ia kehilangan lima perahu, sisa satu perahu yang masih ada, akan menutup semua kerugiannya. Bukan tak hanya menutup, tapi saudagar itu masih tetap mendapatkan keuntungan yang terbilang lumayan. Bisa dibayangkan betapa besar keuntungan berdagang rempah saat itu.
Saat anak buah Magellan di Tidore pada 1521 dan memuati lambung kapalnya dengan cengkih, pada saat yang sama, beberapa orang Portugis yang kebetulan lewat dan berpapasan bertanya tentang harga beli cengkih dari Sultan Tidore, Almansur.
Meski pertanyaan yang aneh, awak buah kapal itu tetap menjawab pertanyaan pelaut Portugis tersebut. Setelah mendapat jawaban, orang Portugis itu bilang jika harga yang mereka bayar itu terlalu tinggi. Bahkan dengan terang-terangan orang Portugis itu menyatakan bahwa orang-orang Spanyol telah ditipu dalam transaksi cengkih.
Dengan tetap tenang dan tersenyum, orang-orang Spanyol itu menjawab, bahwa harga cengkih itu sama dengan mereka mendapatkan secara gratis alias cuma-cuma.
Saling klaim hak monopoli perdagangan, Source: magnoliabox
Mengapa demikian? Sebagai perbandingan : harga rempah-rempah pada abad ke-16 di pasaran lokal dan internasional dapat dihitung sebagai berikut: Cengkih 1 bahar atau 456 pound = 206 kilogram, di pasaran lokal seharga 1 sampai 2 ducat. Jika dibawa ke Malaka, maka harga cengkih itu per 1 bahar bisa seharga 10 sampai 14 ducat.
Jika terus dibawa ke barat dan mencapai Calcutta, sudah berubah menjadi sekitar 500 hingga 600 fanam (1 fanam = 1 real). Bahkan untuk cengkih kualitas premium bisa sampai seharga 700 fanam. Pada tahun 1600an, 10 pound cengkih di Maluku hanya seharga 5 penny.
Namun, bila dijual di Eropa akan menghasilkan keuntungan sebesar 32.000 persen. Bukan main!! Keuntungan yang bukan kaleng-kaleng. Inilah yang mendorong para pejabat perusahaan dagang, keluarga kerajaan, serta administratur, baik Portugis, Spanyol atau Belanda, ikut bermain atas nama pribadi. IC/AND.
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia