Legenda Ratu Dayang Sumbi, Kisah Cinta Terlarang Tangkuban Perahu di Bandung, Jawa Barat masih sarat dengan mitos asmara. Konon dengan bermeditasi di atas kawahnya, seseorang dapat mendeteksi kadar cinta pujaan hatinya?
/////////////////
Gunung Tangkuban Perahu tak hanya memiliki panorama alam yang indah. Gunung dengan kawahnya yang masih aktif itu juga sarat dengan legenda dan mitos yang menyelimutinya. Tempat indah ini berada di ketinggian 1.830 meter di atas permukaan laut. Gunung yang lokasinya berada di ujung barat Bandung, Jawa Barat ini diperkirakan tercipta lebih dari 100 ribu tahun lalu.
Secara geologi, Gunung Tangkuban Perahu merupakan gunung api yang aktif. Dikatakan gunung api, karena Tangkuban Perahu mempunyai lubang kepundan tempat keluarnya magma atau fluida berupa air, uap dan gas ke permukaan bumi.
Gunung Tangkuban Perahu memiliki 9 kawah yang masih aktif hingga sekarang. Diantaranya, adalah Kawah Upas, Ratu, Domas, Baru, Jurig, Badak, Jurian, Pangguyangan Badak dan Kawah Silumat. Dari sembilan kawah tersebut, ada beberapa kawah yang tidak boleh dikunjungi karena bau asap belerangnya yang mengandung racun.
Seperti namanya, gunung ini bentuknya memang mirip dengan perahu yang terbalik. Kondisi itu tak hanya akibat dari erupsi alam. Konon, terbentuknya gunung yang menyerupai kapal terbalik itu sarat dengan legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi yang masih tetap menjadi buah bibir masyarakat Jawa Barat hingga kini.
Keberadaan Gunung Tangkuban Perahu memang tak lepas dari legenda Sangkuriang dan Ratu Dayang Sumbi yang dikenal memiliki paras sangat cantik serta tetap awet muda, karena telah mendapatkan keistimewaan dari para dewa dengan umur panjangnya.
Sangkuriang adalah anak lelaki dari Dayang Sumbi. Dayang Sumbi sangat menyayangi anak satu-satunya itu. Namun, kasih sayang itu mendadak berubah menjadi kebencian karena Sangkuriang telah berani membunuh ayahnya sendiri yang telah berubah wujud menjadi seekor anjing. Dayang Sumbi pun murka. Sangkuriang diusir hingga akhirnya terpisah selama bertahun-tahun.
Alkisah, ibu dan anak itu kembali dipertemukan. Sangkuriang telah berubah menjadi pemuda yang tampan dan gagah perkasa. Sementara, Dayang Sumbi masih tetap awet muda dan cantik. Kecantikan Dayang Sumbi itu tak hanya memikat hati kaum laki-laki. Sangkuriang yang tak lain anaknya sendiri juga ikut jatuh hati. Namun Dayang Sumbi tidak mengetahui kalau Sangkuriang adalah anak laki-lakinya yang dulu pernah diusirnya.
Setelah tahu, Dayang Sumbi pun kaget bukan kepalang. Dia berusaha mengagalkan rencana pernikahan dengan anaknya itu. Dayang Sumbi pun mengajukan dua syarat. Pertama, Sangkuriang harus dapat membuat sebuah perahu yang besar. Syarat kedua, Sangkuriang harus dapat membuat danau untuk bisa dipakai berlayar perahu tersebut. Kedua syarat itu harus dapat dipenuhi dalam waktu satu malam, sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi syarat tersebut. Ia bekerja lembur dibantu oleh para siluman dan jin dibawah komando Guriang Tujuh untuk mewujudkan permintaan tersebut. Kayu-kayu besar untuk perahu dan membendung sungai Citarum, didapatkan dari hutan di Gunung Bukit Tunggul. Sementara, ranting dan daun dari pohon yang dipakai kayunya, dikumpulkan di sebuah bukit yang diberi nama Gunung Burangrang.
Saat Sangkuriang sedang bekerja, Dayang Sumbi pun tak henti-hentinya berdoa agar keinginan anaknya tidak terkabul. Sang Hyang Tunggal pun mengabulkan doanya. Saat sedang asyik bekerja, mendadak terdengar suara ayam berkokok pertanda fajar telah menyingsing.
Mengetahui usahanya gagal, Sangkuriang pun murka. Dia menendang perahu yang sedang dibuatnya itu. Perahu akhirnya jatuh menelungkup yang menurut legenda akhirnya berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Sementara, aliran Sungai Citarum yang dibendung sedikit demi sedikit kemudian membentuk Danau Bandung.
Menurut beberapa penduduk, konon pada hari-hari tertentu peristiwa legenda Sangkuriang sering terlihat dipentaskan di dasar salah satu kawah. Namun, kejadian langka ini hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu yang bisa melihat secara gaib. Selain itu, kadang sering terlihat pula seberkas sinar yang melesat ke langit di atas gunung.
Menurut kepercayaan warga, sinar itu jelmaan ular dan ikan mas yang sering muncul dari kawah gunung. Hal ini diyakini sebagai pertanda akan terjadi sesuatu hal di sekitar daerah ini. “Sampai saat ini pertanda dari gunung ini ya seperti itu. Saya yakin itu memang pertanda gaib dari Sang Ratu,” terang Abah Supriana. IC/VI/AND/ 27
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia