Ngurek merupakan sebuah ritual menikam diri ala harakiri Jepang dengan menggunakan keris. Ritual ini merupakan ekspresi pengorbanan dan kepasrahan, sekaligus juga pembuktian atas kehadiran para dewa dan roh-roh suci yang memberkati upacara.
Prosesi ngerebong diawali dengan ritual Nuwur, yakni menurunkan roh-roh suci dan para dewa agar berkenan memasuki raga para pemangku. Kemudian para pemangku, sadeg, tapakan, dan darat sebutan bagi orang yang kerasukan roh saat mengalami trance. Dalam keadaan trance, selanjutnya mereka dibawa ke luar pura untuk mengitari balai wantilan atau pendopo yang terletak di jaba (sisi ) tengah areal pura.
Ketika mengitari balai wantilan berlawanan dengan arah jam, mereka meminta keris untuk dihujamkan ke tubuhnya hingga mendapat percikan air suci. Masing-masing melakukannya hingga sepuluh kali selama tiga kali putaran mengitari wantilan.
Menurut budayawan Drs. I Gede Anom Ranuara SSn, makna di balik ngurek, selain sebagai ungkapan rasa suka cita atas kemenangan mendapatkan tirta amerta oleh para dewa, juga merupakan wujud pelaksanaan ritual ngereh, yang dibuktikan dengan kekuatan yang telah dicapai sehingga membuat tubuh kebal terhadap senjata. Sedang makna lainnya adalah bukti atas kehadiran roh-roh suci dan para dewa untuk memberi restu pada pelaksanaan upacara.
Jero Mangku Oka Swadiana menambahkan, Ngurek dalam sebuah upacara merupakan bagian dari pengorbanan tulus ikhlas tanpa pamrih yang disebut dengan yadnya. Tidak hanya Hindu, tetapi hampir semua agama memiliki ritus pengorbanan diri sebagai wujud bakti dan persembahan kepada Tuhan.
Selain untuk persembahan, Ngurek juga sebagai sebuah pembuktian sekaligus pesan-pesan gaib dari pelaksanaan upacara. Biasanya jika pemangku kerauhan atau kerasukan kemudian melakukan atraksi ngurek, umat meyakini bahwa para dewa sudah berkenan hadir untuk menyaksikan upacara dan diberi suguhan. Ngurek juga dapat diartikan jika persembahan itu diterima atau ditolak karena kurang lengkap, tidak ikhlas atau kurang pas. Biasanya, pemangku yang kerauhan dan ngurek menjadi alat bukti bahwa persembahan itu diterima.
Ngurek juga kerap dimaknai sebagai sebuah pertunjukan untuk mempertontonkan ilmu kebal tubuh. Ini dilakukan oleh orang yang belajar ilmu kanuragan, mendapat paice benda gaib yang membuatnya kebal, atau oleh sebuah kekuatan yang dipuja. Ini dilakukan lewat pertunjukan Calonarang atau Tektekan dari Desa Kerambitan Tabanan.
Ngurek adalah pelaksanaan ritual yang disebut piodalan di sebuah tempat suci (pura). Lewat tradisi nuwur (menurunkan roh suci) dan persembahan sesaji diiringi suara gamelan yang menghentak-hentak, para pemangku, sadeg, tapakan dan darat mengalami sebuah proses. Tubuh bergetar hebat, kepala terasa berat dan tidak kuasa menahan sesuatu yang merasuki tubuh. Meski disadari, tetapi tubuh tidak kuasa melawan gerakan halus tersebut. Telinga bisa mendengar, tetapi mulut tak bisa berucap sesuai kehendak hati.
Menurut Jero Mangku Swadiana, sebenarnya yang terjadi adalah bertemunya gelombang kesadaran halus yang lebih luas dan super. Pertemuan ini mengakibatkan percikan berupa getaran dalam tubuh. Getaran tersebut tergantung pada kondisi masing-masing orang. Bagi yang tidak memiliki kekuatan tubuh untuk menampung energi yang masuk, tubuhnya akan berguncang hebat. Sebaliknya, yang memiliki wadah dan pengalaman memadai, gerakan itu akan menyesuaikan dengan ritme tubuhnya. Bila kondisi ini disertai keinginan berkorban, mengabdi atau memamerkan kekuatan yang telah merasuk, terjadilah ngurek. Namun bisa juga dalam bentuk lainnya seperti mengambil api, menirukan gerakan berbagai binatang yang dianggap suci dan kuat.
Orang-orang yang bisa melaksanakan ngurek ini bukanlah sembarangan. Dia diyakini bisa menjadi penghubung antara umat dengan yang diyakini (para Dewa) sehingga tidak heran, dengan akar budaya magis yang begitu tinggi di Bali, orang-orang yang ngurek ini pun mendapat perlakuan khusus, diberi status istimewa dan dihormati dengan sebutan pemangku, petapakan, sadeg, atau darat. Mereka ditunjuk oleh para dewa dan roh suci untuk menyampaikan pesan kepada umat.IC/VII/ INS/06
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia