Situs

Watu Pinawetengan, Menelisik Ritual Pemanggilan Roh Leluhur

Makna dari upacara penghormatan ini untuk  mengundang kebijaksanaan para leluhur.

/////////////

Upacara pemanggilan roh leluhur Minahasa yang disebut ritual Tumo’tol, adalah upacara rutin yang diadakan di bulan baru setiap tahunnya di Watu Pinawetengan. Upacara tahunan ini merupakan tradisi masyarakat Minahasa untuk berziarah dan menghormati perjuangan para leluhur. Pemanggilan roh para leluhur ini bertujuan untuk mendengarkan kebijaksanaan dan nasehat-nasehat bagi rakyat di tanah Minahasa untuk menjalani tahun yang baru.

source : berita manado

Lokasi Watu Pinawetengan

Suasana objek ziarah Watu Pinawetengan, yang terletak di desa Pinawetengan Kecamatan Tompaso Barat, Kabupaten Minahasa, terlihat begitu ramai di padati pengunjung. Ribuan masyarakat dari berbagai daerah datang membanjiri salah satu tempat yang oleh masyarakat Minahasa dianggap sakral dan memiliki nilai budaya yang tinggi.

Tujuan kedatangan para pengunjung ke tempat ini beragam. Ada yang datang dengan tujuan untuk melakukan upacara seremonial penghormatan terhadap leluhur, pengobatan tradisional, bahkan sampai yang mengaku sekedar berwisata saja.

Kepala Badan Pengelolah Watu Pinawetengan, Ari Ratumbanua, mengatakan,  upacara seremonial rutin tahunan   ini sudah menjadi tradisi masyarakat Minahasa yang datang untuk berziarah dan menghormati perjuangan para leluhur. Menurutnya, ritual yang dilakukan masyarakat Minahasa  ini dikenal dengan istilah ‘cuci batu’.

source : berita manado

Sejarah Watu Pinawetengan Minahasa

“Sejarahnya yaitu sejak dahulu kala, oleh para leluhur Minahasa yang merupakan kepala-kepala wilayah dari 9 etnis berbeda di tanah Minahasa, Watu Pinawetengan ini digunakan sebagai tempat pertemuan dalam berdemokrasi. Di sini para leluhur berkumpul dengan tujuan untuk melakukan pertemuan dan membicarakan banyak hal, diantaranya yang bersangkutan dengan penyatuan maupun pembagian wilayah di Minahasa,” ungkapnya.

“Sementara goresan yang membentuk tulisan tersebut bersifat simbol pada permukaan batu itu merupakan adalah hasil pembicaraan  dan  keputusan yang disepakati dalam pertemuan tersebut yang kemudian dituliskan di permukaan batu,” lanjut pria yang akrab dengan sejarah kebudayaan Minahasa ini.

Pada perkembangannya,  upacara seremonial ini  bukan lagi sebagai agenda pertemuan, melainkan sudah dijadikan waktu berziarah rutin masyarakat untuk menghormati para leluhur yang telah berjuang untuk tanah Minahasa. “Acara tahunan seperti ini merupakan sarana pemersatu setiap etnis yang tersebar di tanah Minahasa. Makanya kami sangat mengapresiasi antusias masyarakat yang masih cinta dengan budayanya dan datang untuk memberikan penghormatan kepada para leluhurnya,” ungkapnya.

Ritual Tumo’tol

Di sisi lain, Rinto Taroreh selaku Tonaas dan mediator dengan para leluhur menjelaskan, upacara seremonial ini di sebut ritual Tumo’tol. Upacara ini diadakan setiap tanggal 3 di mana angka 3 diibaratkan sebagai batu dodika yang terdiri dari 3 batu, yang memiliki makna untuk mengatur kembali. Menurutnya, inti keseluruhan dari ritual tersebut adalah pemanggilan roh para leluhur untuk datang memberikan kebijaksanaan dan nasehat-nasehat. “Makna dan simbolisme upacara penghormatan ini diharapkan  mengundang kebijaksanaan dari para leluhur. Upacara ini juga  bukan ajang untuk menunjukkan kehebatan apalagi untuk pamer kemampuan,” ujarnya.

Kecintaan generasi muda dalam memelihara kebudayaan Minahasa ini mendapat apresiasi dari pegiat budaya Minahasa salah satunya Jotje Sumakul. Menurutnya, banyak daerah lain yang budayanya hilang akibat tidak ada lagi generasi muda yang tertarik untuk memelihara kebudayaan daerahnya.

“Budaya itu adalah identitas suatu daerah yang harus dipertahankan dan dipelihara agar tidak punah. Sebagai pegiat budaya Minahasa, saya salut melihat masih banyak anak muda Minahasa yang mau melestarikan kebudayaan daerah ini,” ujarnya.

Disadari atau tidak, acara seremonial kebudayaan seperti ini merupakan sarana pemersatu. Di sini terlihat jelas bahwa masih tingginya rasa kebersamaan masyarakat di tanah Minahasa yang adalah sebagai anak cucu dan turunan para leluhur. Antusias masyarakat ini juga dibuktikan dari meningkatnya jumlah pengunjung yang datang setiap tahun menghadiri upacara seremonial di Watu Pinawetengan. Budaya memanglah suatu warisan berharga yang harus di jaga kelestariannya. IC/VI/AND/12

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Share
Published by
Wisnu