Laksamana Keumalahayati atau Malahayati memimpin armada Inong Baleenya dengan kekuatan 2000 prajurit wanita pemberani dan tangkas. Pelatihan ketentaraan itu dilakukan di Benteng Inong Balee. Beberapa kali pasukan Inong Balee itu terlibat dalam pertempuran di Selat Malaka dan kawasan sekitarnya.
Keberadaan Benteng Inong Balee atau sering disebut Benteng Malahayati menjadi tanda pergerakan kaum wanita di Nusantara. Tempat yang menjadi Benteng pertahanan sekaligus kawah candradimuka bagi para janda-janda perang ini menyisakan banyak kenangan atas perjuangan bangsa ini melawan kolonialisme bangsa asing.
Benteng ini berada di Lamreuh, Mesjid Raya, Krueng Raya Aceh Besar, atau sekitar 35 kilometer dari Kota Banda Aceh. Posisinya juga sangat strategis pada ketinggian 100 meter di atas permukaan laut. Meski kini hanya tinggal reruntuhan benteng namun terlihat jelas, bagaimana perjuangan dan gigihnya para janda dan wanita Aceh.
Benteng Inong Balee, kawah candradimuka tempat penggemblengan tentara wanita Aceh Source: attitude natiaon
Reruntuhan benteng ini memiliki pondasi berukuran sekitar 20 meter. Diposisis utara dan selatan benteng terdapat 4 ruang pengintai dengan lebar sekitar 1 meteran dan panjang 1,6 meter. Ruang pengintai ini langsung berhadap-hadapan dengan Selat Malaka.
Inong Balee dibentuk pada masa Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV Saidil Mukammil (1589-1604 M). Legiun dan armada yang sebagian besar prajuritnya adalah janda-janda. Armada ini dipimpin Malahayati, seorang wanita yang ditinggal gugur suaminya akibat pertempuran laut.
Penulis wanita Belanda, Marie van Zuchyelen dalam bukunya “Vrouwolijke Admiral Malahayati” menyebut, Laksamana Keumalahayati atau Malahayati memimpin armada Inong Baleenya dengan kekuatan 2000 prajurit wanita pemberani dan tangkas.
Pelatihan ketentaraan itu dilakukan di Benteng Inong Balee. Beberapa kali pasukan Inong Balee itu terlibat dalam pertempuran di Selat Malaka dan kawasan sekitarnya.
Konon, menurut hikayat Aceh, Awalnya pasukan Inong Balee ini hanya beranggotakan 1.000an dengan komposisi janda-janda yang tergabung di dalamnya. Namun karena kebutuhan, serta sejak terjangnya di medan perang, pasukan Inong Balee ini juga mengispirasi banyak rakyat Aceh untuk bergabung dan berjuang bersama armada ini.
Sisa-sisa bentent pertahanan Inong Balee, Source: indonesia kaya
Malahayati memilih perbukitan di sekitar Teluk Lamreh Krueng Raya sebagai markas dan pangkalan militernya. Selain memimpin dan mengelola pasukan, wanita tangguh ini juga mengawasi jalur pelayaran di Selat Malaka dan seluruh pelabuhan dan bandar dagang dibawah kekuasaan Aceh Darussalam.
Dilaporkan ketika itu kesultanan memiliki sekitar seratusan kapal ukuran besar yang mampu mengangkut lebih dari 400 pasukan. Dari urian ini terlihat posisi dan superioritasan kekuatan militer Aceh Darussalam.
Hingga pada 21 Juni 1599, dua kapal rombongan penjelajah Belanda tiba di Aceh Darussalam. De Leeuw dan de Leeuwin adalah nama kapal yang dinahkodai Frederick dan Cornelis de Houtman. Karena karakter pelaut Belanda yang arogan dan gemar mencari masalah, membuat Malahayati terpaksa duel satu lawan satu dengan Cornelis di atas kapalnya.
Cornelis harus meregang nyawa diujung belati sementara Frederick masih beruntung hanya ditahan dan bisa pulang ke Belanda.
Selain sebagai panglima perang, Malahayati juga diberi wewenang oleh Sultan Alaiddin Ali Riayat Syah IV Saidil Mukammil untuk menerima utusan Ratu Inggris, Sir James Lancaster yang datang ke Aceh dengan tiga kapal yaitu Ascentic, Dragon dan Hector pada 6 Juni 1602.
Ini menjadi bukti, selain piawai bertempur, Malayahati juga seorang diplomat ulung yang sudah biasa bergaulan dengan masyarakat internasional.
Pada pemerintahan Sultan Muda Ali Riayat Syah V Mukammil (1604-1607 M) keberadaan prajurit wanita itu masih tetap dipertahankan. Bebera sisi justru dikembangkan dengan dibentuknya Sukey Kaway Istana alias Kesatuan Kawal Istana.
Nama kesatuan Si Pa-i Inong atau prajurit wanita, dibawah pimpinan Laksamana Meurah Ganti dan Laksamana Muda Cut Meurah Inseun. Semua capaian itu berkat jasa besar Keumalahayati. Bahwa Lakseumana Keumala Hayati adalah laksamana perempuan pertama di dunia memang benar adanya. IC/III/AND.
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia