• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Situs
  • Post last modified:28 Juni 2022
  • Reading time:5 mins read

Pagoda Avalokitesvara Vihara Buddhagaya Watugong adalah tempat yang tepat untuk mengharap welas asih dari Dewi Kwan Im. Sambil berdoa, Anda  dapat meneropong nasib dan peruntungan masa depan.

/////////////

Bagunan pagoda itu tinggi menjulang. Baik dari arah keluar kota Semarang menuju Ungaran, atau ketika hendak masuk Semarang, bagunan ini seperti menjadi penanda. Dengan tinggi menjulang sekitar 45 meter, pagoda ini punya torehan istimewa sebagai pagoda tertinggi di Indonesia versi MURI. Konon ketika pembangunan, beberapa material penting didatangkan langsung dari Tiongkok.

Dengan dominasi warna merah menyala serta bentuknya yang khas, tidak berlebihan jika pagoda ini menjadi landmark Kota Ungaran. Diresmikan pada 2006, pagoda ini memiliki tujuh tingkat yang makin mengecil menuju  puncaknya. Angka tujuh melambangkan tingkatan dharma manusia di muka bumi. Semakin tinggi tingkatnya, maka semakin tinggi pula dharmanya. Sayang, pagoda ini tidak didesain untuk dinaiki hingga puncak.

Pada masing-masing tingkatan diletakkan patung Dewi Kwan Im atau Dewi Welas Asih. Di depan pagoda pun Patung Kwan Im terlihat tersenyum menyambut setiap pengunjung. Itulah sebab, belakangan pagoda ini lebih kondang disebut sebagai Pagoda Kwan Im. Posisi penempatan patung Dewi Kwan Im ini seturut arah mata angin. “Maksudnya agar Sang Dewi senantiasa menebarkan kasih sayang ke segala penjuru mata agin,” terang Jumanto, petugas pagoda.

Pagoda Avalokitesvara

Situs Pagoda Avalokitesvara

Sebenarnya pagoda ini bernama Metta Karuna. Meta berarti cinta kasih dan karuna berarti kasih sayang.   Sebuah lambang kasih sayang dan cinta kasih yang diserukan Sang Buddha. Pagoda ini didirikan  dengan maksud, agar setiap pengunjung    yang datang diharapkan kembali menghayati kembali nilai-nilai kasih sayang sesama manusia.

Pohon Bodhi di Vihara Buddhagaya Watugong

Sebelum menapaki tangga naik menuju pagoda, pengunjung dapat melihat patung Sang Gautama tengah duduk di bawah pohon Bodhi atau Ficus religiosa. Pohon Bodhi yang tumbuh di pagoda ini bukan sembarang pohon Bodhi. Di Indonesia hanya ada dua, satu tumbuh di pagoda dan lainnya tumbuh di Candi Borobudur.

Dalam sejarah perkembangan ajaran Budha, di bawah pohon Bodhi inilah Pangeran Sidharta Gautama mendapatkan pencerahan dam kebenaran sejati menjadi Budha Syakamuni. Ajaran yang diterima Sidharta inilah yang menjadi titik awal ajaran agama Budha. Begitu pentingya arti historis pohon Bodhi inilah membuat para penggagas vihara untuk mencangkok pohon Bodhi yang ada di Vihara Anuradha di Srilangka. Pohon dari Srilangka ini masih keturunan pohon Bodhi yang ada di Bodhgaya, India.

Pohon Salla di Pagoda Avalokitesvara

Saat menapaki anak tangga dan  menengok ke sebelah kiri, Anda akan mencium bau harum yang unik. Bau harum itu berasal dari bunga pohon Salla, pohon yang juga didatangkan langsung dari India. Keunikan pohon ini adalah, bunga dan buahnya muncul dari batang pohon, bukan dari tangkai. Bunga dan buah pohon ini dilarang dipetik, tetapi bunga dan buah yang sudah jatuh boleh diambil oleh pengunjung. Konon, di bawah pohon Salla inilah Sang Budha dilahirkan dan meninggal.

pagoda watu gong

Intip Nasib di depan Bodhisattva Avalokiteswara

Di tengah-tengah anak tangga menuju pagoda ini ada tempayan yang menurut kepercayaan orang Tionghoa, tempat itu digunakan untuk mengirimkan sesuatu ke akhirat dengan cara membakar barang yang hendak dikirim itu. Selain itu ada juga tempat untuk menancapkan dupa dan ukiran naga di lantai tengah di antara tangga.

Tepat di dalam pagoda terdapat patung Bodhisattva Avalokiteswara. Di depan patung inilah biasanya pengunjung melakukan Tjiam Shi. Sebuah ritual kuno untuk mengetahui nasib manusia. Namun sebelum melakukan tjiam shi, pengunjung terlebih dahulu meminta ijin atau restu pada Dewi Kwan Im.  Setelah itu diambilah bilah-bilah kayu bambu yang berbentuk biji kacang besar yang bernama pwee. Pwee ini tersusun rapi dengan posisi saling terbalik. Sisi lengkungnya diwarnai merah, sedangkan sisi yang lurus di biarkan tanpa warna.

Restu Dewi Kwan Im

Tahapan berikutnya adalah dengan melempar atau menjatuhkan pwee. Jika kedua bilah jatuh dengan posisi saling berlawanan (salah satu terbuka dan lainnya tertutup), berarti kita telah mendapatkan restu Dewi Kwan Im untuk mengoyong wadah bambu berisi bilah bambu yang berisi nomor-nomor. Tapi bila pwee tidak dalam posisi berlawanan, ini berarti Anda harus mengulang kembali.

Vihara Buddhagaya Watugong

Setelah mendapatkan restu, goyangan ini bisa terus dilakukan wadah batang bambu hingga salah satunya jatuh. “Setiap orang akan mendapatkan satu bilah bambu lengkap dengan nomor yang menempel. Setelah diambil penjelasannya di belakang pagoda. Disini saya akan membantu membacakan ramalan yang tertulis dalam penjelasan,” kata Jumanto.

Asal Usul Sejarah Nama Pagoda Watugong

Nama Watugong sendiri juga memiliki sejarah mistis. Nama daerah ini diambil dari ditemukannya sebuah batu yang berbentuk seperti gong. Batu ini bisa kita lihat di taman di depan pintu masuk vihara ini. Dulu, batu berbentuk mirip gong ini berada di pinggir jalan, dan ketika vihara ini mulai dibangun muncul ide untuk memindahkan ke dalam komplek vihara. Namun tidak ada orang yang sanggup memindahkannya. Hingga muncul seorang biksu yang memiliki kemampuan supranatural tinggi. Dengan doa dan meditasi tertentu, batu yang awalnya tidak bisa dipindahkan dapat dengan mudah digeser. Konon, di daerah inilah ajaran Budha berkembang pertama kali di Semarang. IC/VI/AND/15

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Komentar Untuk indonesia culture, indonesian culture, budaya indonesia, adat indonesia