Kecantikan Rara Hoyi telah membuat keluarga keraton jadi saling bunuh. Epic perebutan wanita antara anak dan ayah itu telah menyeret Mataram pada sejarah kelam kerajaan ini.
Sultan Amangkurat marah besar, Pangeran Pekik dan Ratu Wandansari dipanggilnya. Kegeraman sultan pada saudara dan iparnya itu sudah tidak dapat ditahannya lagi. Gejolak jiwanya sudah tak terkendali, hatinya merasa dikhianati.
Ada atau tidak ada sidang pengadilan, semua orang sudah paham, jika berurusan dengan sultan, kematian sudah menunggu di depan mata.
Padahal, selain masih keturunan Sunan Ampel, Pangeran Pekik adalah menantu kesayangan Sultan Agung. Ia juga telah berjasa besar bagi Mataram. Karena sejak Mataram Islam dibangun oleh Penembahan Senapati, belum sekalipun Surabaya, Giri dan kawasan sekitarnya ditundukkan oleh Mataram.
Adalah Pangeran Pekik yang berhasil memuluskan ambisi itu pada masa pemerintahan Sultan Agung. Namun semua itu hanya masa lalu bagi Amangkurat, bukan hal yang perlu diingat-ingat lagi.
Ilustrasi eksekusi yang dilakukan oleh Sultan Amangkurat, Source: wikipedia
Sidang luar biasa tersebut dipimpin langsung oleh sultan. Keputusan juga sudah diambil, semua yang terlibat dalam masalah ini harus menerima hukuman mati. Sultan juga telah memutuskan, putra mahkota dapat diampuni kesalahannya dengan syarat, ia harus menghukum mati Rara Hoyi. Tentu saja ini adalah pilihan yang bukan untuk dipilih siapapun juga.
Dengan keris terhunus, tubuh yang gemetaran, Adipati Anom mencoba untuk bertahan melawan dilema ini. tulang-tulangnya semakin tak mampu menompak tubuhnya saat Anom harus beradu sorot mata dengan Hoyi. Ruang kesatrian itu kian mencekam, karena untuk beberapa saat tak ada orang yang mampu bersuara lagi.
Ketika berhadapan muka dengan Anom, Hoyi sadar, ia tak punya banyak pilihan lagi disisa hidupnya. Keputusan Sultan sudah dijatuhkan. Ia bisa membaca beban dan dilema yang melanda pikiran Adipati Anom. Ada penyesalan yang mendalam dalam benaknya.
Kecantikannya yang memicu semua ontran-ontran di Keraton Mataram ini. Sejurus kemudian sambil berlari kecil, Hoyi menuju ke arah Anom dan berakhir dengan tubuh yang tertancap keris Adipati Anom. Seketika ia limbung dan roboh bersimbah darah, meregang nyawa akibat keris Anom.
Jiwa Adipati Anom terguncang hebat. Ia tak menyangka, keris yang terhunus ditangannyalah yang mencabut nyawa gadis cantik yang sangat ia cintai. Rasanya tak percaya tapi semua sudah terjadi.
Hilang akal sehatnya, cintanya pupus diujung pusaka. Menyaksikan tubuh kekasih hatinya berlumuran darah, Anom memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan pusaka yang sama telah mencabut nyawa kekasihnya.
Kegaduhan Mataram ini belum berakhir. Berikutnya nasib keluarga Pangeran Pekik yang menanti giliran. Amangkurat sendiri yang melakukan eksekusinya. Amangkurat juga berniat dan telah memerintahkan para algojo untuk melakukan tumpes kelor pada keluarga Pangeran Pekik. Langkah ini dilakukan untuk mencegah munculnya balas dendam dari keluarga Pangeran Pekik.
Sebenarnya eksekusi akibat kesalahan subyektif ini sempat dicegah oleh Panembahan Bumidirja atau Kyai Bumidirja. Beliau ini adalah paman Amangkurat dan memili pengaruh kuat di Mataram. Dinasehatkan agar tidak mengambil langkah tumpes kelor.
Namun Amangkurat tak menggubris semua nasehat pamannya. Celakanya, Kyai Bumidirja justru harus menerima hukuman mati akibat kelancangannya membela keluarga Pangeran Pekik.
Beruntung, Kyai Bumidirja masih memiliki celah untuk melarikan diri bersama istrinya ke arah barat. Pelarian itu berakhir di sebuah daerah dan kedua orang dan pengikutnya membuka daerah baru yang kemudian dikenal sebagai Kebumen.
Diakhir sengketa romansa Mataram ini, seluruh keluarga Pangeran Pekik terbunuh oleh Amangkurat I dan para algojonya dan di makamkan di Pesarehan Imogiri. IC/IV/AND/ 19.
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia