Kerajaan Kahuripan berumur sangat pendek. Prabu Airlangga menjadi satu-satunya raja yang berkuasa. Namun Kerajaan ini tidak pernah runtuh akibat serangan musuh. Saat turun tahta Airlangga memutuskan membagi kerajaannya untuk kedua putranya.
<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>
Perjuangan Airlangga membuahkan hasil ketika ia berhasil mendirikan Kerajaan Kahuripan, di sekitar daerah Sidoarjo. Wilayah kerajaan ini membentang dari Madiun di Barat dan Pasuruan di timur. Kerajaan ini juga memiliki bandar atau pelabuhan besar di Surabaya (Hujung Galuh) dan Tuban.
Penguasaan jalur perdagangan ini membuat Kerajaan Kahuripan mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Pada masa keemasan itu, Airlangga memperluas wilayah kerajaannya ke Jawa Tengah. Kekuasaanya juga di akui hingga ke Bali.
Menurut prasasti Pamwatan yang berangka 1042 M, pusat kerajaan kemudian pindah ke Daha di sekitar daerah Kediri pada masa sekarang. Beberapa pembanguan juga dilakukan demi kesejahteraan rakyat Kahuripan. Semua pembangunan itu tercatat pada berbagai prasasti seperti pembangun Sri Wijaya Asrama pada 1036 M.
Karena seringnya terjadi banjir, Airlangga juga membangun bendungan Waringin Sapta pada 1037 untuk antisipasi banjir musiman. Raja Airlangga juga meringankan beban pajak rakyatnya yang sering terkena musibah banjir. Perbaikan pelabuhan Hujung Galuh, di muara Kali Brantas, di sekitar Surabaya modern. Karena perdagangan yang maju kerajaan juga membangun jalan-jalan sebagai penghubung daerah pesisir ke pusat kerajaan.
Kehidupan spiritual juga mendapatkan perhatian dengan diresmikannya pertapaan Gunung Pucangan pada 1041 M. Airlangga dikenal sangat toleran dalam kehidupan beragama. Sang Raja adalah pelindung agama Hindu Syiwa dan Buddha.
Seni dan sastra juga tak luput dari perhatian sang raja. Pada 1035 M Airlangga memerintahkan Mpu Kanwa menulis Kakawin Arjuna Wiwaha yang diadaptasi dari epik Mahabharata. Kitab tersebut menceritakan perjuangan Arjuna mengalahkan Niwatakawaca, sebagai kiasan perjuangan Airlangga mengalahkan Kerajaan Wurawari. Di akhir masa pemerintahannya, Airlangga membagi dua menjadi Kerajaan Kahuripan menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala untuk dua putranya.
Peristiwa pembagian kekuasaan ini menandai akhir dari pemerintahan Kerajaan Kahuripan. Setelah turun takhta, Airlangga memilih untuk menjadi pertapa hingga akhir hayatnya pada 1049. Dengan begitu, Airlangga menjadi pendiri sekaligus satu-satunya raja Kerajaan Kahuripan. IC/AND/XI/03