Bali memiliki alam dan budaya yang unik nan indah. Semua itu terjadi bukan karena kebetulan. Sejarah panjang Bali menjadi seperti sekarang ini adalah buah perjalanan dari sistem budaya yang sesuai dengan karakter masyarakatnya. Sejarah Kerajaan Bali dapat diketahui dari bukti sejarah yang hingga saat ini masih ada. Berikut silsilah Raja-raja di Bali :
Kesari Warmadewa
Raja Kerajaan Bali kuno pertama bernama Kesari Warmadewa atau Sri Kesari Warmadewa. Beliau sekaligus pendiri dinasti warmadewa. Disebut berasal dari sumatera kemudian datang ke Bali pada sekitar akhir abad ke 9 sebagai akibat persaingan Mataram kuno dan Sriwijaya.
Mendirikan istana di desa Besakih, bernama Singhadwala atau Singhamandawa. Beliau seorang yang religius beribadat dengan memuja dewa-dewa. Pada pemerintahaannya suasana penduduk bali sangat kondusif, makmur dan kebudayaan berkembang pesat.
Ugrasena
Raja berikutnya adalah Ugrasena atau Sang Ratu Sri Ugrasena, antara 915 – 942 M. Masa pemerintahan Ugrasena membuat banyak keputusan penting, seperti pembebasan pajak untuk wilayah khusus, adanya upacara keagamaan, pembangunan tempat pemujaan dan pemberian penghargaan kepada mereka yang telah berjasa.
Tabanendra Warmadewa
Setelah Ugrasena wafat dan di candikan, kekuasaan dilanjutkan Tabanendra Warmadewa. Raja Tabanendra Warmadewa memimpin bersama permaisuri Ratu Sri Subhadrika Dharmadewi. Raja Tabanendra Warmdewa juga membebaskan pajak bagi desa khusus serta memberi izin pada para pendeta untuk membangun tempat pemujaan di tempat pemakaman raja sebelumnya.
Indrajayasingha Warmadewa
Indrajayasingha Warmadewa atau Jayasingha Warmadewa memerintah pasa sekitar 882 Saka. Sebuah pekerjaan besar yang dilakukan adalah perintah untuk memugar Tirtha di (Air) Mpul (sekarang Tirtha Empul di Tampaksiring). Selain itu Raja Jayasingha membangun dua pemandian lain di desa Manukraya.
Sri Janasadhu Warmadewa
Merupakan raja kelima dari Wangsa Warmadewa, Janasadhu Warmadewa memerintah pada akhir abad ke-10 M. dibuktikan oleh Prasasti Sembiran pada 897 Saka atau 975 M. Prasasti tersebut berisi perintah raja agar warga Desa Julah, Indrapura, Buwun Dalam, dan Hiliran saling membantu saat memperbaiki tempat peribadatan. serta mempersenjatai diri sebagai upaya perlindungan saat peperangan dan menghadapi perampokan.
Śri Wijaya Mahadewi
Pemimpin berikutnya adalah seorang ratu yang berama Sri Wijaya Mahadewi. Para ahli menduga ratu Sri Wijaya Mahadewi merupakan putri dari Empu Sindok dari Kerajaan Medang di Jawa Timur.
Dharma Udayana Warmadewa
Pemerintahan Ratu Wijaya dilanjutkan oleh Raja Udayana yang saat memerintah dibantu oleh permaisurinya, yang bernama Mahendradatta. Mahendradatta memiliki gelar yaitu Sang Ratu Luhur Sri Gunapriya Dharmapatni. Beliau adalah anak Raja Makutawangsawardhana yang berasal dari Jawa Timur.
Diperkirakan sebelum naik takhta, Raja Udayana berada di Jawa Timur karena namanya disebut dalam Prasasti Jalatunda. Pernikahan tersebut juga membuat Bahasa Jawa Kuno digunakan untuk menulis isi prasasti dan pembentukan dewan penasihat seperti di pemerintahan kerajaan Jawa mulai dilakukan.
Pada masa ini kerajaan Bali mengalami kejayaan. Raja Udayana wafat dan di candikan di Banuwka. Peristiwa tersebut dikuatkan dengan dasar Prasasti Air Hwang (1011) yang isinya hanya menyebutkan nama Udayana. Raja Udayana memiliki tiga orang putra, yaitu Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu.
Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja
Dengan gelar Dharmawangsawardhana Marakata Pangkajasthana Uttunggadewa beliau memerintah Bali pada rentang 1011 hingga 1022 M. Pada masa pemerintahannya Marakata membangun presada atau candi di Gunung Kawi di daerah Tampaksiring.
Anak Wungsu
Kepemimpinan Kerajaan Bali dilanjutkan oleh Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah i Burwan Bhatara Lumah i Banu Wka. Masa pemerintahan Anak Wungsu adalah 28 tahun yang dimulai dari 1049 sampai tahun 1077 M. Anak Wungsu sering dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Beliau tidak memiliki keturunan, wafat pada 1077 M dan dimakamkan di Gunung Kawi.
Setelah Anak Wungsu, pemerintahan Kerajaan Bali diteruskan oleh Wangsa Jaya, karena Rajanya adalah Jaya sakti dengan masa pemerintahan yang dimulai pada tahun 1133 hingga 1150 M. IC/AND/XI/04