Sebenarnya, pusat pendidikan Budha di India sudah muncul sejak awal abad Masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya situs Piprahwa pada abad ke-1 dan ke-2 M, situs Nagarjunakonda pada abad ke-3 M, situs Ganwaria pada abad ke-4 M, dan situs Nalanda pada abad ke-5 M di bawah kekuasaan dinasti Gupta.
Masa Gupta ditandai dengan berdirinya pusat pendidikan Nalanda yang membawa ajaran Buddha dan menyebarkannya hampir kes eluruh wilayah Asia. Banyak ahli Sejarah menyebut masa ini sebagai zaman pengetahuan. Pada awal abad ke-6 M, tempat ini tidak hanya dikenal sebagai tempat lahirnya karya seni tetapi juga menjadi pusat ajaran Mahayana.
Kehadiran Kerajaan Nalanda ini memainkan peran penting dalam pengenalannya selama periode Pala, dari akhir abad ke-8 hingga akhir abad ke-11.Selama pemerintahan Jaya Pala atas Bengal dan Bihar, agama Buddha menjadi ajaran dan praktik resmi atau menjadi agama resmi di Kerajaan tersebut.
Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan agama Budha Mahayana sangat pesat khususnya Tantra. Selama periode ini, banyak biara juga didirikan dalam kerangka universitas, dan Nalanda menjadi situs dan titik rujukan utama. Pusat-pusat pendidikan ini mempengaruhi ajaran Buddha di nusantara.
Asal usul prasasti di India, lempengan tembaga Nalanda abad ke-9 yang ditemukan di Vihara I Nalanda, menyebutkan adanya hubungan bilateral antara Raja Pala dengan keturunan Dinasti Syailendra bernama Balaputradwa dari Sumatera.
Prasasti Nalanda juga menyebutkan bahwa Raja Balaputradewa membebaskan tanah sima di beberapa desa di Nalanda, agar dapat dijadikan asrama para pelajar Sriwijaya. Hubungan diplomatik di bidang pendidikan agama terus terjalin beberapa waktu setelahnya.
Selain itu, para biksu yang belajar di Nalanda, selain memperoleh ilmu agama, juga memperoleh keterampilan arsitektur dan seni pahat.
Jadi tidaklah mengherankan jika ada banyak kesamaan antara situs Muara Jambi di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, dengan situs Nalanda dan Vikramasila di India. Dari sisi arsitektur dan teknologi konstruksi, ketiga pusat perkembangan ilmu pengetahuan itu memiliki kemiripan yang sangat signifikan.
Ketika tempat di Kerajaan masing-masing, semua menggunakan batu bata sebagai bahan utamanya. Bahkan dari segi model dan konstruksi unit, terdapat beberapa penyesuaian dengan kondisi geografis setempat. Setiap situs memiliki kompleks bangunan vihara dan kuil pemujaan. Hal ini menunjukkan bahwa tempat yang dijadikan pusat pendidikan agama Buddha pada hakikatnya adalah tempat tinggal para biksu untuk memberikan pendidikan agama Buddha. Bersambung – IC/AND/10/XII