• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Historica
  • Post last modified:23 September 2023
  • Reading time:3 mins read
source : wiki

 

Sejarah mencatat, Sriwijaya adalah negara atau kerajaan  maritim yang besar kawasan Asia Tenggara. Selain itu Kerajaan Sriwijaya  juga menjadi pusat penyebaran agama Budha dan ajaran Sansekerta di Nusantara pada sekitar  abad ke-7 Masehi. Pada perkembangan selanjutnya, sejak abad ke-7 hingga awal abad ke-11 M, Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat pembelajaran agama Budha.

Sriwijaya memilki seorang guru dan  biksu yang terkenal bijaksana dengan ilmu keagamaan tinggi yang  bernama Dharmakirti. Begitu terkenalnya biksu Dharmakirti ini sampai-sampai, para biksu dari tempat jauh datang ke Sriwijaya untuk belajar kepada Dharmakirti. Beberapa biksu yang datang ke Sriwijaya menetap lama di sana untuk memperdalam ilmu agama.

Salah seorang  biksu yang ikut mengembangkan agama Budha di Sriwijaya adalah I-Tsing. Biksu asal Tiongkok ini juga seorang penjelajah sekaligus  penerjemah teks agama Buddha. Perintah dari kaisar  Tiongkok memerintahkan I-Tsing untuk belajar agama Budha ke India, dan ia menyempatkan diri untuk  singgah di Sriwijaya.

Ilustrasi biksu I-Tsing source : negri rempah

 

Pada kunjungan pertamanya, sekitar 671-672 Masehi, I Tsing menghabiskan enam bulan di Sriwijaya untuk mempelajari bahasa Sansekerta dan Melayu. Dari sana, ia melanjutkan perjalanannya ke negeri Melayu, Kedah, hingga mencapai pantai timur India. Pada 687 Masehi, ia Kembali dan singgah lagi di Sriwijaya dalam perjalanan kembali ke Tiongkok. Saat itu, Palembang ibukota Sriwijaya sudah berkembang menjadi pusat penyebaran agama Budha. Dia menghabiskan dua tahun menerjemahkan kitab Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Mandarin.

I-Tsing merupakan salah satu tokoh yang berperan penting dalam penemuan kerajaan Sriwijaya dan perkembangan ajaran Buddha di nusantara pada abad ke-7 Masehi. Dalam catatannya, ia mengagumi pertumbuhan agama Budha di Sriwijaya. Ia bahkan menasihati para biksu di negeri itu yang ingin datang ke Nalanda untuk belajar di Sriwijaya. Saat tinggal di kerajaan ini selama dua tahun, ia juga bertemu dengan biksu dari pulau lain di nusantara.

Menurut catatan I-Tsing, ada sekitar seribuan  biksu yang mempelajari agama Buddha dan Sansekerta di Sriwijaya. Semu aini terlaporkan dalam prasasti Talang Tuo, Peninggalan Kerajaan Sriwijaya sebagai bahan ajar sejarah Indonesia di sekolah menengah atas. Selain bermula dari dokumen asing, penemuan seperti prasasti dari kerajaan Sriwijaya juga mengungkap banyak hal tentang keberadaan dan perkembangan agama Buddha di kerajaan ini. Salah satunya adalah prasasti Talang Tuo.

Tertulis dalam prasasti tersebut, Dapunta Hyang Sri Jayanaga berusaha mengubah kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pendidikan, ilmu pengetahuan dan pusat ajaran Buddha tingkat tinggi yang diajarkan oleh seorang bernama Dharmapala. Bersambung IC/and/09/XII

Komentar Untuk Mengenang Sriwijaya, Pusat Pendidikan Budha Terbesar di Asia Tenggara (bag 1)