Terletak di Pasuruan, Candi Jawi merupakan sebuah situs bersejarah. Candi ini terletak di kaki Gunung Welirang, desa Candi Wates, kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Karena letaknya di kabupaten Prigen maka candi ini dikenal juga dengan nama Candi Prigen.Sedangkan candi ini merupakan bagian dari peninggalan budaya kerajaan Hindu-Buddha yang ada sejak abad ke-13 Masehi. Nama Jawi konon berasal dari kitab Negarakertagama yang menyebut candi Jajawi. Namun masih belum diketahui secara pasti kapan nama Jajawi berubah menjadi Jawi.
Panjang Candi Jawi adalah 14,24 m, dengan lebar 9,55 m dan dimensi tinggi bangunan menjulang hingga dibangun dengan tinggi 24,5 m. Menempati lahan yang cukup luas sekitar 40 x 60 meter persegi. Jadi ini semacam candi yang tinggi dan ramping. Bangunan Pagoda Jawi terbuat dari batu andesit yang dikelilingi pagar bata setinggi 2 m. Jika mengelilingi pagoda ini, Anda juga akan melihat parit yang kini dihiasi bunga teratai. Seperti halnya Candi Gunung gangsir, Candi Jawi juga menghadap ke arah timur.
Secara lebih rinci, candi ini digambarkan memiliki tiga tingkat. Pertama, kaki candi merupakan bagian paling bawah dari candi, melambangkan bahwa manusia masih didominasi oleh nafsu-nafsu dasar seperti keserakahan, kebohongan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan nafsu. Kedua, tubuh candi merupakan simbol upaya manusia dalam mengatasi nafsu duniawi. Terakhir, atap candi merupakan simbol kehidupan manusia yang telah mencapai tingkat kesempurnaan.
Menghadap Gunung Penanggungan, Candi Jawi dianggap sebagai tempat suci dan tinggi layaknya Penanggungan. Pintu candi menghadap ke timur, bukan tanpa alasan. Hal ini menegaskan bahwa pura ini bukanlah tempat pemujaan atau padaksina atau upacara penghormatan kepada para dewa. Candi Jawi merupakan tempat pemujaan Kertanegara, raja terakhir kerajaan Singasari yang wafat pada 1292 Masehi. Dengan dibangunnya candi ini, Kertanegara dipuja sebagai Siwa-Budha.
Peninggalan sejarah Raja Kertanegara
Konon alasan Kertanegara membangun candi jauh dari pusat kerajaan Singasari, yakni Malang, terkait dengan kepercayaan sang raja, khususnya sinkretisme Siwa-Buddha. Namun dalam kitab Negarakertagama juga tercatat bahwa pada masa Majapahit, candi ini pernah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk dalam serangkaian perjalanan ke Lumajang pada 1359 Masehi.
Raja yang terkenal dalam sejarah kerajaan Majapahit ini konon pernah singgah di candi ini untuk memberi penghormatan kepada kakek buyutnya, Kertanegara. Hayam Wuruk mendapat masalah ketika salah satu arca di candi hilang akibat tersambar petir.
Legenda Candi Jawi
Meski terkenal sebagai kuil Perancis, tak bisa dipungkiri situs bersejarah ini merupakan peninggalan agama Hindu dan Budha. Candi ini memiliki banyak arca Hindu di dalam bangunannya dan ikon Budha di atas candi. Banyak orang yang meyakini bahwa pada saat Candi Jawi didirikan, banyak orang yang menganut berbagai macam kepercayaan. Relief candi menggambarkan denah candi Jawi secara lengkap, meskipun manusia pada masa itu belum dapat mencapainya. Ada pula legenda tentang putri kerajaan Majapahit yang sering datang ke Candi Jawi dengan motif yang tidak diketahui.
Berbeda dengan referensi dalam kitab Sutasoma. Candi atau Pura ini sering dikaitkan dengan pertemuan Dewi Candrawati dari Kerajaan Kasi dengan Pangeran Sutasoma di Taman Ratnalaya.
Dengan ditemukannya pecahan batu tersebut, candi Jawi diperbaiki pada masa pemerintahan penguasa ketiga Majapahit yaitu Tribhuwanatunggadewi. Pada 1938-1941, survei terhadap candi-candi di Jawa dilakukan oleh Oudheidkundige Dienst (OD) atau Antiquities Authority of Dutch India. Saat pencarian berlangsung, semakin banyak potongan yang ditemukan rusak dan hilang. Pada pemugaran tersebut juga dilakukan pencarian terhadap batu-batu candi yang hilang hingga akhirnya ditemukan.Hingga 1980, pemugaran candi Jawi diputuskan selesai sepenuhnya. IC/AND/XVI/26