Berbicara masa perjalanan budaya dan kesejaraan Bali, maka tak bisa dilepaskan dari perjalanan kedupan masyarakat purba di Bali. Untuk itu pemerintah Provinsi Bali membangun museum Museum Manusia Purba. Tempat ini dibangun disekitar Situs Arkeologi di Tepi Teluk Gilimanuk. Dengan luas lebih dari 20 ha dan berada pada ketinggian sekitar 5 m. Bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional serta Balai Arkeologi Denpasar, museum dibuka secara resmi pada 1990.
Penggalian situs arkeologi di Gilimanuk, yang dirintis oleh Prof. Dr. R. P. Soejono pada sekitar 1963. Secara arkeologis, para ahli menyebut Gilimanuk adalah sebuah necropolis. Sebuah istilah untuk menyebut pemukiman nelayan sekaligus juga menjadi tempat pemakaman penduduk. Pemukiman ini diperkirakan berkembang pada masa perundagian, kira-kira 2000 tahun yang silam. Masa ini jauh sebelum adanya pengaruh dari India sampai di Bali.
Situs Gilimanuk sangat kaya akan warisan budaya terbukti dengan temuan yang melimpah berupa ratusan rangka manusia purba baik itu laki-laki, perempuan dan anak-anak. Mereka dikuburkan bersama-sama. Dalam pekuburan itu juga ditemukan benda-benda bekal kubur, seperti periuk, benda-benda perunggu seperti tajak, gelang, cincing dan masih banyak yang lainnya. Selain itu juga ditemukan gelang kayu, gelang kaca, dan lain-lainnya.
Ratusan periuk berhias dan polos ditemukan bersama-sama dengan dua buah tempayan besar yang ditumpuk sebagai wadah kubur. Selain tempayan sebagai wada kubur, di situs ini juga ditemukan wadah kubur lain berupa sarkofagus yang diletakkan bersebelaan dengan penguburan tanpa wadah.
Temuan kerangka manusia purba ini memberikan arahan pada penelitian paleoantropologi bahwa manusia Gilimanuk berasal dari ras Autralomelanesid dengan ciri-ciri mongoloid yang masih kuat. Yang mengejutkan, dari penelitian juga ketahui penyebab kematian orang-orang purba di Gilimanuk. Karena lingkungan yang didominasi batu kapur atau gamping, mengakibatkan penyakit kelebihan zat kapur, penyakit rahang bawah dan penyakit kerapuhan tulang. Secara umum, kondisi kesehatan masyarakat purba Gilimanuk sangat buruk. Tingkat kematian rata-rata terjadi pada rentang usia 21-30 tahun.
Selain kerangka manusia purba, di situs Gilimanuk juga ditemukan sisa-sisa fauna yang dahulu pernah hidup seperti babi, anjing, ungags, kelelawar dan lain-lainnya. Semua temuan itu dipamerkan berikut replika beberapa pelatan manusia purba lainnya, seperti tempayan, periuk, barang-barang perunggu, sarkofagus, dan masih banyak lagi. foto : kemdikbud- IC/AND/XIV/06