• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Historica
  • Post last modified:28 Juni 2022
  • Reading time:4 mins read

Portugis benar-benar telah mencengkram dan dan memeras habis kekayaan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Belenggu ekonomi, turut campur dengan banyak masalah dalam negeri kerajaan orang serta kesenangannya berkonflik dengan sekitarnya, membuat orang-orang Portugis ini dengan cepat di benci oleh orang-orang lokal.

Segera saja, perlawanan demi perlawanan berkobar dimana-mana. Para pejuang kebebasan serta raja-raja yang wilayahnya dicaplok Portugis, bahu membahu melakukan perlawanan. Salah satu tokoh pejuang yang sangat disegani tersebut adalah Sultan Baabullah, pejuang Indonesia yang gigih berjuang agar Portugis hengkang dari Ternate.

Ilustrasi saat utusan Portugis menghadap Sultan Baabullah, Source: wiki

Walau sukses mengusir Portugis, namun perjuangan dan perjalanan Sultan Ternate ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak sekali pejuang yang gugur saat peperangan itu berkorbar. Keringat, darah dan teriak kesakitan merupakan jalan terjal.

Selama lebih dari lima tahun, Sultan Baabullah harus berperang hingga akhirnya berhasil mengusir secara tuntas, Portugis dari Ternate dan sekitarnya.

Lahir pada 10 Februari 1528, Sultan Baabulah naik tahta pada 1570, dengan gelar Sultan Baabullah Datu Syah. Baabullah dikukuhkannya sebagai Sultan Ternate ke-24 sepeninggal ayahnya. Ternate saat itu adalah Kesultanan yang cukup punya peran penting di kancah perdagangan rempah dunia.

Banyak perusahaan dagang yang dibackup kerajaan-kerajaan besar di Eropa, mengincar komoditas langka tersebut.

Tujuannya negara asing tersebut sangat mudah ditebak, ingin menguasai seluruh produksi dan perdagangan rempah Maluku. Dari sinilah konflik itu berawal. Sultan Khairul Jamil, ayah Sultan ditemukan tewas ditusuk dari belakang saat diundang untuk berunding dengan Portugis disebuah benteng.

Yang mengenaskan, mayat Sultan Khairul jamil, dibuang ke lautan. Sultan Baabulah menemukan jasad ayahnya keesokan harinya.

Sadar akan kelicikan dan ketamakan orang-orang Portugis, Sultan segera menyusun strategi untuk membalaskan dendam kematian ayahandanya. Sultan Baabullah bergerak cepat dengan mengumpulkan para tetinggi negara dan mengatur strategi mengusir Portugis dari tanah Ternate.

Niat Sultan sudah demikian kuat, tak hanya ingin membalaskan kematian sang ayah, cengkraman Portugis juga sudah menyengsarakan rakyat dan perekonomian kerajaannya.

Orang Ternate menyebut perang tersebutnya sebagai Perang Soya-soya. Menurut catatan orang-orang Portugis, perang itu melibatkan hingga sekitar 120 ribu prajurit. Ternate memang tidak sendiri, banyak kerajaan-kerajaan kecil yang ikut membantu dan gabung dengan pasukan yang berniat mengenyahkan Portugis.

Suasana perang dan pengepungan benteng, Source: toriolo

Ratusan ribu prajurit harus bertarung mati-matian karena meski kalah jumlah, orang-orang Portugis memiliki persenjataan yang lebih modern ditunjang oleh benteng-benteng pertahanan yang kokoh. Benar sekali Portugis dapat bertahan dari serangan itu karena mereka bersembunyi di benteng-benteng pertahanan.

Namun gelombang serangan ratusan ribu prajurit itu membuat, satu per satu benteng pertahanan Portugis kalah dan berhasil dikuasa prajurit gabungan Ternate. Mereka berhasil merebut benteng-benteng seperti Santo Lucia, Santo Pedro, dan Fort Tolocce. Sao Paulo adalah benteng terakhir yang disisakan karena merupakan lokasi pembunuhan ayahnya.

Menghadapi pertahanan Sao Paula, Baabullah memakai strategi khusus. Tidak ada serangan frontal, karena akan tiada guna, tapi stretegi yang dilakukan adalah pengepungan dan menutup seluruh jalan menuju benteng.

Akibatnya tanpa serangan besar sekalipun, Portugis akhirnya menyerah karena kelaparan. Pada 1575 Sultan Baabullah memberi kesempatan pada Portugis untuk hengkang dengan damai dari tanah Ternate.

Pasca hengkangnya Portugis dari Ternate, Sultan Baabulah berhasil luaskan kesultanannya. Beberapa kerajaan kecil seperti NTT, NTB, dan sebagian Bali menjadi wilayahnya. Sultan Baabullah berkuasa atas wilayah-wilayah Merauke, Raja Ampat, Sorong, dan Biak.

Bahkan menurut beberapa catatan kekuasaan Sultan Baabullah sampai Australia Utara dan Mindanao, Filipina. Dari total negara kerajaan yang berhasil ia kuasai adalah 72 buah negeri, dari sinilah gelar atau julukan penguasa 72 negeri berasal.

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Komentar Untuk indonesia culture, indonesian culture, budaya indonesia, adat indonesia