Dengan rinci Ma Hua mencatat jurnal perjalanan yang menjadi tugas dalam lawatan bersama Laksamana Cheng Ho ke Nusantara. Semua laporan itu ia tulis dengan detail dalam buku yang diberi judul Ying Yei sheng.
Menurut Ma Hua, kehidupan di kota Majapahit terbilang sangat modern pada zamannya. Setiap laki-laki sejak berumur 3 tahun ke atas, entah itu bangsawan atau masyarakat kebanyakan selalu membawa dan mengenakan keris. Keris sebagai senjata dan piandel itu memiliki pegangan yang diukir indah, terbuat dari emas, cula badak, atau gading.
Karena setiap orang menyandang senjatanya masing-masing, maka apabila mereka bertengkar, maka dengan cepat masing-masing dengan sigap dengan kerisnya. Meski begitu hukuman berat menanti jika tanpa alasan yang jelas seseorang membunuh atau melukai orang lain. Masyarakat Majapahit, menurut Ma Hua pantang memegang kepala orang lain, karena hal itu merupakan penghinaan dan bahkan akan menimbulkan perkelahian berdarah.
Berita Cina ini juga menyatakan bahwa umumnya penduduk senang duduk di rumah tanpa menggunakan bangku, tidur tanpa memakai ranjang. Ma Hua juga menuliskan penduduk senang makan menggunakan tangan dan tidak menggunakan sumpit. Sepanjang hari mereka senang makan sirih, baik laki-lakl maupun perempuan. Jika ada tamu datang ke rumah yang disuguhkan bukan teh, melainkan sirih dan pinang.
Kerajaan senang menyelenggaran aneka pertandingan. Orang Majapahit senang bertanding dengan menggunakan tombak bambu. Namun pertandingan ini sangat berbahaya, karena apabila ada yang meninggal karena tertusuk tombak, si pemenang wajib memberikan uang ganti rugi pada keluarga korban.
Saat-saat yang paling disenangi masyarakat Majapahit adalah ketika bulan terang atau purnama. Mereka akan keluar rumah dan riang gembira bermain bersama disertai dengan nyanyian bergiliran antara kelompok-kelompok laki-laki dan perempuan. Hiburan dan kesenian paling populer adalah menonton cerita wayang beber. Sebuah kisah wayang yang dilukiskan pada selembar kain panjang. Seseorang atau dalang akan menceritakan adegan-adegan yang digambarkan dalam lukisan yang direntangkan.
menurut Ma-Huan, secara umum penduduk Majapahit digolongkan menjadi 3 macam, yaitu orang-orang Islam yang datang dari barat (jazirah Arab dan India) mendapatkan mata pencaharian di ibukota. Orang-orang Cina yang juga beragama Islam selaku niagawan tinggal di ibukota dan kota-kota pelabuhan, selebihnya adalah penduduk pribumi. Orang-orang asli ini gemar memelihara anjing. Orang-orang pribumi ini banyak yang kaya, saat bertransaksi jual beli, penduduk Majapahit menggunakan uang kepeng Cina dari berbagai dinasti, selain uang yang dikenal di Majapahit sendiri.
Bahasa penduduk pribumi Majapahit ini sangat halus dan indah dengan kaidah-kaidah tertentu. Mereka mengenal tulis menulis dengan daun kajang sebagai pengganti kertas, dan pisau tajam sebagai pena. Ukuran timbangan di Majapahit, sekati sama dengan 20 tahil, setahil sama dengan 1 tahil 4 gian Cina. Ma Hua juga menjelaskan jika orang-orang Majapahit sangat menyenangi barang-barang Cina seperti porselin yang bermotif kembang-kembang biru, mereka membelinya dengan uang kepeng. Habis/IC/AND/XIII/19