Disarankan mandi pada Jumat Legi sementara yang memiliki hajat khusus, disyaratkan untuk menggelar ritual pada Jumat Kliwon. Sementara yang ingin jauh dari kesialan harus melempar uang logam di kolam Banyu Biru.
***************
Menjelang petang Jumat Legi, serombongan pengunjung datang dan langsung memarkir mobil. Dengan tertib mereka turun dan menunggu salah seorang anggota rombongan membeli tiket masuk ke pemandian Banyu Biru. Satu persatu mereka masuk setelah tiket dirobek oleh petugas yang berjaga di pintu masuk pemandian.
Beberapa dari mereka mempersiapkan ubo rampe ritual sementara sebagian lagi terlihat tengah bersiap-siap untuk mandi dan berenang di kolam. Mereka percaya, menggelar ritual di Banyu Biru akan meluluskan hajat.
Di masa lalu Banyu Biru kondang disebut Telaga Wilis. Ada banyak legenda dan mitos seputar pemandian yang terletak di Desa Sumberejo, Kecamatan Winongan, sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Pasuruan, Jawa Timur. Selain menikmati pemandian alam, orang yang datang bisa sekadar berjalan- jalan menikmati sejuknya udara oleh rindangnya pepohonan besar yang berada di tepian kolam.
“Kalau menurut cerita orang tua-tua, di kolam inilah para bidadari sering turun dan mandi. Di sini pula Jaka Tarub sering mengintip para bidadari cantik yang sedang mandi. Versi lainnya, pemadian ini dulunya adalah wilayah kekuasaan Raja Kera,” terang Syamsuri, warga sekitar.
Ikan Keramat
Mitos Jaka Tarub yang gemar mengintip bidadari mandi itu sampai sekarang masih bisa dilihat buktinya. Karena kegemarannya itu, Konon dewa marah dan mengutuk Jaka Tarub menjadi ikan Wader. Ikan itu tidak bisa keluar dari kolam dan seumur hidupnya harus menunggui kolam ini.
“Orang sini menyebut ikan wader itu sebagai ikan sengkaring. Dan ikan wader terbesar yang pernah ditangkap dan dilepaskan kembali, berukuran 120 cm dengan diameter lebih dari 30 cm. Tapi setelah itu tidak pernah lagi dilakukan pengukuran,” kata Syamsuri dengan logat Madura yang kental.
Masyarakat Sumberejo meyakini bahwa ikan wader tersebut bukan ikan sembarangan. Merekapun sangat menghormati ikan-ikan yang ada di dalam kolam. Meski tak ada larangan, masyarakat pantang mengganggu apalagi sampai memakannya. Uniknya, populasi ikan yang ada di dalam kolam konon jumlahnya tetap, tidak berkurang juga tidak bertambah.
“Dulu pernah ada pengunjung yang berhasil menangkap dan menjadikan ikan tersebut mainan. Besoknya orang tersebut kembali dalam kondisi sakit keras. Tapi setelah didatangkan orang pintar dan orang tersebut dimandikan dengan air kolam, lelaki itu bisa pulang walau masih dalam kondisi sakit,” beber Syamsuri.
Tradisi Lempar Uang
Banyu Biru akan mengalami lonjakan pengunjung pada Idul Fitri. Karena selain anak-anak sekolah liburan, pihak pengelola juga menggelar aneka hiburan dan pesta rakyat selama berhari-hari. Pada saat hari raya ini pengunjung bisa meledak hingga puluhan ribu orang. Mereka dari dari berbagai daerah sekitar Pasuruan hingga dari luar kota.
Selain pesta rakyat, di hari raya ketupat itu masyarakat sekitar Banyu Biru dan warga Pasuruan biasanya melaksanakan tradisi tabur uang logam ke teleng Banyu Biru. Teleng adalah nama mata air yang paling dalam dari seluruh kolam Banyu Biru.
Selain uang logam, masyarakat juga menyertakan segenggam ketupat. Ritual ini diyakini sebagai ucapan syukur kepada Tuhan atas berkah serta kelimpahan hasil panen. Serta harapan agar dimasa depan kesejahteraan tetap bisa mereka rasakan.
Ritual teleng ini bisa berlangsung dari pagi hingga tengah hari. Hal ini karena kolam akan penuh sesak oleh pengujung yang mandi dan berendam disana. Para mengunjung juga kadang ikut-ikutan berlomba-lombar menabur uang di teleng yang diyakini paling dalam dari kolam Banyu biru ini.
Ritual ini kemudian ditutup dengan nyadran atau selamatan di makam Raja Kera yang berada disekitar makam. Ritual penutup ini dimaksudkan untuk membuang sangkal alias menghilangkan sial bagi seluruh peserta ritual.
Tapi pada hari biasa jumlah pengunjung baru akan berlipat ketika memasuki hari Jumat Legi dan Jumat Kliwon. Khusus yang datang pada Jumat Legi adalah orang yang berharap tetap awet muda dengan mandi dan berendam di kolam. Sementara yang datang pada Jumat Kliwon adalah mereka-mereka yang mencari berkah dan kesuksesan hidup.
“Mereka yang memiliki permintaan khusus biasanya melakukan ritual di makam Mbah Kebut dan Mbah Sari. Tapi harus janjian dulu dengan penjaga sebab makam tersebut selalu terkunci, hanya juru kunci yang bisa membuka dan ikut mengantar pengunjung melaksanakan ritual doa di makam itu,” terang Mak Sumi sambil menunjuk cungkup makam yang ada diatas kolam pemandian.
Misteri Candi
Tidak hanya bagi masyarakat awam, Bagi kalangan arkeolog pun, Banyu Biru bak menyusun teka-teki dari masa lalu. Menurut Prapto Saptono, Arkeolog senior Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Trowulan, dilihat dari beberapa penanda marmer, Banyu Biru sudah dikenal sejak zaman Belanda. Tapi diperkirakaan tempat itu hanya dipakai sebagai tempat rekreasi saja selain sumber air minum.
Menilik lokasinya, kemungkinan disekitarnya ada bangunan candi. Hal ini karena kebiasaan masyarakat zaman dulu yang menandai sumber air dengan mendirikan candi. Tapi teori ini bisa saja meleset karena beberapa faktor pengecualian.
Tapi dari banyaknya temuan arca yang beberapa diantara masih tersisa disana, besar kemungkinan memang ada candi disekitar lokasi. Tapi mengenai dugaan dari zaman apa peninggalan itu apakah zaman Singasari atau Majapahit masih kabur. Arca Bima dimasanya sangat identik dengan Syiwa, Juga beberapa lempengan batu dengan tulisan yang sudah tidak jelas lagi. Menurut Prapto, pemujaan terhadap Bima terjadi pada masa akhir Majapahit.
Tanda-tanda lainnya adalah ditemukaannya Kala ditempat itu. Selama ini kala dikenal sebagai sebagai hiasan yang diletakkan di atas pintu sebuah candi. Kala yang dalam mitologi digambarkan sebagai binatang atau raksasa penjaga yang sangat seram dengan mulut selalu terbuka memamerkan taringnya yang besar. Semakin besar ukuran Kala, berarti semakin besar pula candi yang dijaganya.
Jika arca Kala yang berada di Banyu Biru berukuran kira-kira setinggi2,5 hingga meter, bisa diduga dikira-kira seberapa besar ukuran candi tersebut. Dan mungkin dugaan tentang adanya candi sekitar Banyu Biru kemungkinan benar adanya. IC/VI/AND/30
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia