Legenda

Sumur Bajang Mitos Khasiat Air Sumur Ki Ageng Henis

Sumur Bajang konon dibuat oleh Ki Ageng Henis dengan menancapkan tongkatnya ke dalam tanah.

Seorang pria paruh baya terlihat berdiri tepat di samping sebuah sumur tua di komplek Dalem Jimatan, Laweyan, Surakarta. Mulutnya tampak berkomat-kamit seperti tengah membaca doa, sebelum kemudian meraih sebuah ember dan mengambil air dari sumur itu.

Bagi warga Laweyan dan sekitarnya, mengambil air di sumur tua itu memang tidak boleh sembarangan. Setidaknya mereka yang akan mengambil airnya harus meminta izin pada sang penguasa gaib tempat itu. Sebab sumur tua itu memang terbilang saagat keramat, karena usianya sudah lebih dari 5 abad.

Asal Nama Sumur Bajang

Sumur bajang, demikian warga sekitar menyebut sumur tersebut. Nama ini disematkan juga bukan tanpa alasan. Nanik, salah seorang ahli waris Dalem Jiomatan tempat sumur ini berada menyebutkan bahwa nama itu terkait dengan sosok penunggu sumur yang berwujud seorang anak kecil dengan rambut yang memiliki kuncung.

Sosok hantu anak kecil dan biasanya bertubuh gempal seperti orang cebol memang biasa disebut dengan nama bajang. Dan mahluk-mahluk inilah yang diyakini menghuni sumur ini, yang bahkan terkadang kerap mengganggu siapa saja yang dating untuk mengambil air tanpa ijin.

Entah bagaimana awalnya hingga mahluk-mahluk tersebut menguasai sumur. Namun yang pasti keberadaan sumur bajang memang sangat istimewa, terutama bila dilihat dari sejarah terbentuknya sumur itu.

Siapa Pembuat Sumur Bajang ?

Menurut Nanik, sumur Bajang dibuat oleh Ki Ageng Henis, pemilik awal Dalem Jimatan. Proses pembuatan sumur ini terbilang unik, karena Ki Ageng Henis hanya menancapkan tongkatnya ke tanah yang kemudian disusul dengan keluarnya sumber air.

Khasiat Air Sumur Bajang Menurut Mitos

Menurut Nanik, di komplek Dalem Jimatan ada tujuh sumur yang mengelilingi bangunan tua itu. Yang mana bila air dari ketujuh sumur itu dikumpulkan, maka akan memiliki khasiat yang luar biasa, terutama untuk penyembuhan berbagai penyakit.

“Banyak orang datang untuk mengambil air dari tujuh sumur ini. Umumnya  dipakai untuk media pengobatan. Tapi ada juga yang percaya bahwa kekuatan air itu untuk membersihkan kesialan. Itulah sebabnya air sumur ini  dipakai sebagai media ruwatan,” jelas Nanik.

Pantangan Rambut Kuncung

Tak hanya larangan mengambil air tanpa ijin, ada pantangan lain yang juga harus dipatuhi saat memasuki lokasi sumur. Pantangan itu menurut Nanik adalah tidak boleh membawa anak yang rambutnya dipotong kuncung. Sebab akan memancing kemarahan para makhluk bajang penguasa sumur. Yang akibatnya bisa membahayakan jiwa anak yang diajak tersebut.

Hingga sekarang pantangan ini masih tetap dipegang teguh oleh warga Laweyan dan sekitarnya. Ini karena sejak jaman dulu  sering ada kejadian terkait pelanggaran terhadap pantangan itu. “Biasanya anak yang dibawa itu akan sakit keras. Dan bila tidak disyarati secara khusus, bisa jadi akan tambah parah dan meninggal,” ujar Yudi, salah seorang warga Kampung Laweyan.

Siapa Ki Ageng Henis ?

Keberadaan makhluk Bajang ini memang tidak bisa dipandang remeh. Konon makhluk-makhluk tersebut adalah salah satu pengikut dari Ki Ageng Henis yang ditugasi untuk menjaga sumber air buatannya. Sebab sumber air yang dibuat oleh tokoh sakti di jaman Kerajaan Pajang itu memang sangat istimewa.

Ki Ageng Henis sendiri adalah salah satu tokoh penyebar agama Islam di wilayah Surakarta, terutama Laweyan. dia adalah putra Ki Ageng Selo, yang dikenal memiliki kesaktian bisa menaklukkan petir. Ki Ageng Henis juga merupakan kakek dari Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati, pendiri Kerajaajn Mataram Islam.

Dalem Jimatan yang menjadi rumah Ki Ageng Henis sebelumnya adalah sebuah rumah peribadatan milik Ki Ageng Beluk, sosok pendeta Hindu yang berkuasa di tempat itu. Seiring dengan masuknya Ki Ageng beluk ke dalam agama Islam, rumah itu kemudian diberikan kepada Ki Ageng Henis dan dijadikan semacam rumah dinas untuk mengendalikan roda pemerintahan di wilayah Laweyan.

Dari rumah itulah proses penyebaran agama Islam dilakukan oleh Ki Ageng Henis, yang mana dari waktu ke waktu pengikutnya semakin banyak. Dan upaya Ki Ageng Henis membuat sumur adalah bagian dari proses islamisasi warga sekitar.

“Air dari sumur itu digunakan untuk bersuci bagi warga yang akan masuk ke Dalem Jimatan. Di dalam dalem sendiri Ki Ageng Henis akan memberikan ceramah terkait ajaran agama Islam. Dan karena yang dating jumlahnya banyak, maka dibuatlah sumur berjumlah tujuh yang juga mengandung makna pitulungan atau pertolongan,” jelas Yudi.

Petuah Leluhur Yang Masih Terjaga

Dan meski jaman sudah berganti, namun masyarakat Laweyan sepertinya tetap memegang teguh petuah dari para leluhur untuk selalu mengeramatkan Sumur Bajang. Dan demi memudahkan warga untuk mengambil air dari ketujuh sumur sekaligus, pihak pemilik saat ini sudah membuatkan tendon penampungan air yang terhubung dengan pipa ke tujuh sumur. Air dari tujuh sumur tersebut akan disedot dan ditampung ke dalam tandon untuk kemudian dialirkan lewat keran di bawahnya.

Hal ini tentu memudahkan bagi warga yang menginginkannya. Tidak  harus mendatangi ke tujuh titik sumur, karena beberapa di     antaranya dikenal lebih angker karena terletak di tempat yang jarang dikunjungi orang. IC/VII/AND/01

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Share
Published by
Wisnu