Tarian tradisional Barong Bangkung atau lebih dikenal dengan Tradisi Ngelawang ini memang istimewa. Tidak dipentaskan tiap saat tapi hanya untuk saat-saat tertentu saja. Ditarikan di jalanan menuju ke rumah-rumah warga. Selain unik dan menarik, tarian ini juga bisa menjadi hiburan bagi warga. Pada perkembangannya saat ini banyak wisatawan yang tertarik menyaksikan suguhan seni tersebut.
Budaya dan tradisi Bali bisa menjadi daya tarik yang sangat spesial bagi wisatawan, hingga tak bosan-bosan menikmati pulau Bali. Selain pemandangan alamnya, ragam budaya dan tradisi unik warisan leluhur dan ritual-ritual keagamaan masih dipertahankan dan berkembang baik hingga saat ini.
Akan halnya tradisi Ngelawang, warga Bali mungkin sudah tidak asing lagi dengan tradisi Ngelawang ini. Dianggap sebagai pertunjukan seni yang menarik, saat Ngelawang digelar, maka yang dipentaskan ialah Barong Bangkung. Barong diarak keliling desa diiringi gamelan yang dimanis.
Selain barong bangkung alias barong babi, masyarakat Bali juga mengenal beberapa jenis tari barong lainnya, seperti; Barong Ket, Barong Brutuk, Barong Macan, Barong Gajah, Barong Nagasari, Barong Lembu, Barong Landung dan masih banyak jenis lainnya.
Barong ditarikan di jalanan, source : katadata
Tapi tari barong yang paling populer di kalangan masyarakat adalah barong ket. Tarian ini paling sering dipentaskan di pura atau tempat suci lainnya, bahkan ket juga sangat populer di kalangan wisatawan. Biasanya tari barong yang dipentaskan di Batubulan dan sejumlah tempat di kawasan pariwisata Ubud.
Namun ngelawang terkait erat dengan barong bangkung, karena barong inilah yang dipentaskan keliling desa. Ada keyakinan jika barong ket ini mampu menolak bala dan juga untuk merayakan kemenangan dharma atas adharma.
Secara tradisi barong merupakan lambang dari banas pati raja yang menjaga manusia dari wabah dan bahaya. Karena itulah untuk menghindari wabah dan bahaya tersebut di gelar tarian barong. Selain itu tarian ini juga untuk memotivasi manusia untuk menjaga lingkungan tetap bersih, menjaga kelestarian hutan, hingga tidak terjadi wabah penyakit ataupun bencana banjir yang merugikan.
Barong bangkung ditarikan dan diarak keliling melewati jalan-jalan desa dengan tujuan mengusir roh-roh jahat yang bersemayam di desa hingga menjadi tolak bala bagi orang-orang yang tinggal di desa tersebut. Saat ngelawang banyak orang terlibat didalamnya, selain penari ada juga pengiring sekaligus para penabuh gamelan. Rata-rata jumlah mereka antara 8 hingga 15 orang yang umumnya adalah para anak-anak dan remaja.
Secara umum barong bangkung berbentuk cukup sederhana dengan, badan babi dengan kulitnya berwarna hitam yang ditarikan oleh 2 orang. Kostum yang digunakan sederhana dengan topeng yang digunakan berbentuk topeng bangkung atau babi. Hal ini sangat kontras dengan Barong Ket yang mengambil bentuk boma yang terlihat gemerlap dan mewah, topengnya berbetuk boma. Source : Indonesian Heritage Museum, Jawa Timur Park 1-Jl. Kartika no. 2 Kota Wisata Batu. IC/AND/XIII/13