Terdiri dari berbagai jenis sayuran yang belum dimasak alias mentah, lalap atau lalapan tinggi akan kandungan serat yang sangat dibutuhkan oleh pencernaan. Di beberapa daerah, khususnya di Pulau Jawa, lalapan biasa disandingkan dengan aneka jenis kuliner khas berikut sambal terasi.
Ada pecel lele, ayam bakar atau ayam goreng hingga tempe goreng, lalapan selalu tidak ada dan tidak pernah ketinggalan menjadi pemanis sekaligus perangsang untuk menyantap lebih lahap lagi. Bersama dengan sambal terasi tomat, lalapan menjadi lebih kaya rasa.
Meski memiliki banyak banyak manfaat, mengonsumsi lalapan hendaknya dicuci atau disuci hama terlebih dahulu. Langkah ini dilakukan untuk memperoleh makanan yang bersih dan terutama adalah untuk membuang sisa-sisa pestisida yang mungkin masih tersisa pada sayuran. Ini terutama harus dilakukan untuk tanaman lalapan jenis budidaya intensif.
Ada berbagai jenis lalapan, seperti kacang panjang, mentimun, kubis atau kol dan masih banyak yang lainnya. Namun ada kalanya sayuran terlebih dahulu di matangkan meski tidak dalam waktu yang lama, seperti bayam, kangkung, daun kenikir, kecipir dan jenis lalapan lainnya. Sementara daun singkong adalah lalapan favorit yang harus selalu ada pada kuliner khas dari Minangkabau.
Bukti Kuliner Dalam Prasasti
Lalapan biasa atau paling nikmat jika disajikan bersama ikan goreng, ayam goreng nasi hangat, sambal dan hidangan pendukung lainnya. Dan berbeda dengan budaya orang-ornag barat yang terbiasa menyantap sayuran dengan saus atau salad dressing, masyarakat Nusantara cenderung tidak menambahkan saus apapun kecuali pada hidangan tertentu seperti pecel, gado-gado dan sejenisnya, yang menambahkan saus kacang.
Sebenarnya sudah sejak kapan masyarakat Nusantara mengonsumsi lalapan dalam hidangan yang mereka santap setiap harinya. Menurut bukti prasasti masyarakat Nusantara telah mengkonsumsi lalapan sudah lebih dari satu milenium yang lalu. Lalapan ternyata sudah sangat akrab dengan masyarakat Nusantara sejak dahulu kala.
Bukti Pasasti Taji yang berangka tahun 901 dengan jelas menyebutkan, bahwa kegemaran makan lalap sudah ada kala itu. Fadly Rahman, Sejarawan Universitas Padjajaran menyebutkan, jika prasasti Taji adalah penjelasan dan bukti otentik atas kebiasaan masyarakat Sunda yang sudah gemar menyantap lalapan dalam diet harian mereka.
“Prasasti Taji menyebutkan adanya nama sajian atau jenis makanan yang bernama Kuluban Sunda. Secara arti kurang lebih adalah lalap,” ungkapnya. Lebih lanjut Fadly menjelaskan jika kajian budaya kesejarahan dapat menjelaskan tentang kegemaran, aktivitas serta kebiasaan masyarakat kuno yang ada di Nusantara atau tempat-tempat lainnya di muka bumi ini. Prasasti Taji menjadi bukti kekhasan kuliner dalam cita rasa, cerita, dan citra.
Lebih lanjut prasasti Taji tersebut adalah penjelasan hidangan yang disajikan bagi para tahu yang hadir pada sebuah jamuan pesta. Disebutkan adanya pesta yang menghabiskan 57 karung beras, 100 ekor ayam, 6 ekor lembu sebagai hidangan lauknya. Jenis hidangan lain adalah jenis ikan yang telah diasinkan, daging yang telah diolah dan dikeringkan, kemungkinan dibuat menjadi dendeng.
Sebagai Makanan Asli Indonesia Hingga Kini
Prasasti itu juga menyebut dengan jelas, jenis ikan gurami, bilunlun, telur dan rumahan. Belum diperoleh penjelasan tentang jenis hidangan rumahan, kemungkinan adalah jenis ikan atau hidangan olahan dari jenis daging hewan tertentu.
Untuk jenis minuman yang dihidangkan, prasasti Taji mencatat berbagai jenis minuman yang difermentasi. Seperti tuak dari pohon jnu, bunga campaga dan bunga pandan. Ini artinya, dunia kuliner masyarakat nusantara pada saat itu sudah sangat maju dengan kemampuannya mengolah berbagai sumber daya menjadi hidangan yang lezat serta kaya.
Bukan hanya itu sumber-sumber prasasti lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur juga memaparkan bukti-bukti lain yang jauh lebih banyak lagi mengenai berbagai kuliner yang sudah dikenal pada zaman itu. Hebatnya lagi, beberapa jenis kuliner itu masih eksis dan terus dipraktikkan hingga saat ini.
Beberapa nama kuliner itu antar lain, sambal, pindang, pecel, rurujak atau rujak, rarawwan alias rawon dan kerupuk. Sementara untuk minuman dan makanan ringan atau jajanan disebutkan dalam prasasti tersebut, antara lain dawet, dodol serta wajik.
“Dari prasasti itu saja dapat ditelisik bahwa banyak hidangan yang bahkan masih eksis hingga saat ini. Jejak nilai cultural historisnya masih dapat dilihat, hingga memunculkan pengakuan atas kekayaan kuliner di Nusantara. Saya yakin masing-masing suku di Nusantara ini memiliki sejarah panjang tentang kuliner khas mereka,” jelas Fadly.
Bahkan lalapan tetap lestari di Tatar Sunda dan menjadi kuliner khasnya. Karedok, leunca dan pencok kacang panjang, dipadu dengan ikan mas atau ikan air tawar lainnya menjadi hidangan spesial hingga saat ini.
“Lalapan dalam khazanah budaya dan kehidupan masyarakat Sunda bukan hanya dalam bentuk aneka sayuran saja. Bukan hanya daun singkong, daun pepaya, selada dan lainnya, namun lalapan di sini dapat juga berupa kunyit, kencur, buah-buahan mengkal seperti pepaya muda, mentimun, honje atau kecombrang atau kenikir, hingga biji-bijian seperti petai dan biji nangka,” pungkasnya. IC/AND/VI/17
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia