Peristiwa Pralaya Medang terjadi antara Kerajaan Medang dengan Raja Wurawiri yang didukung Kerajaan Sriwijaya pada tahun 1016.Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa Teguh yang memerintah pada tahun 985 hingga 1017 Masehi.
Secara pemerintahan, kerajaan Medang adalah lanjutan dari dinasti Mataram kuno. Selama berdiri, kerajaan ini beberapa berupaya memindah pusat pemerintahaanya keberbagai tempat dengan alasan yang beragam. Namun perpindahan yang paling dominan adalah ketika kerajaan ini mengarahkan perpindahan ke Jawa Timur.
Masa kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur yang dipimpin oleh Dinasti Isyana dikenal dengan Kerajaan Medang. Pada masa ini, Raja Wurawiri merupakan penguasa sebuah kerajaan kecil yang masih bergantung pada Mataram kuno.
Pralaya” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “kehancuran dunia”, karena peristiwa ini konon telah memakan banyak korban jiwa pejabat kerajaan. Tidak sedikit yang melukiskan kejadian pralaya Medang ini dengan kiasan Pulau Jawa menjadi lautan darah.
Peristiwa Pralaya Medang juga menjadi akhir kekuasaan Mataram lama. Para sejarawan meyakini Pralaya Medang disebabkan oleh keputusan Raja Dharmawangsa Teguh yang menikahkan putrinya dengan Airlangga, seorang pangeran Bali yang juga keponakan raja. Sementara itu, Prabu Wurawari yang berambisi mempersunting putri Prabu Dharmawangsa Teguh untuk mewarisi takhta justru kecewa.
Raja Wurawari kemudian mengungkapkan kekecewaannya bersekutu dengan Kerajaan Sriwijaya yang sebelumnya telah diserang oleh Raja Dharmawangsa Teguh. Dengan bantuan Kerajaan Sriwijaya, Raja Wurawari dari Lwaram berani melancarkan invasi untuk menghancurkan Kerajaan Mataram kuno.
Prasasti Pucangan merupakan prasasti tentang peristiwa “Kehancuran Dunia”. Pralaya Medang terjadi setelah pernikahan antara Airlangga dan putri Raja Dharmawangsa, Teguh.Ibu kota kerajaan Medang yang terletak di Watan lokasinya di sekitar Madiun pada masa modern, tiba-tiba diserang dan dibakar oleh Raja Wurawari.Serangan mendadak ini tentu tidak pernah disangka oleh Prabu Dharmawangsa Teguh.
Selain karena pihak istana kerajaan mengadakan pesta pernikahan, hal ini juga karena Raja Wurawari adalah bawahannya sendiri.Perang tersebut konon telah memakan banyak korban jiwa pejabat kerajaan, termasuk Raja Dharmawangsa Teguh dan putrinya. Setelah hancurnya Kerajaan Medang dan meninggalnya hampir seluruh keluarga Raja Dharmawangsa Teguh, Raja Wurawari memilih kembali ke kerajaannya.
Sedangkan dalam prasasti Pucangan, Airlangga selamat dari peristiwa Pralaya Medang.Ia berhasil bertahan hidup dengan melarikan diri ke hutan bersama pelayannya Narottama.Selama dalam pelarian, pangeran berusia 16 tahun itu memilih memperdalam kekuatan batin dan ilmu agama dengan mengamalkan asketisme.Kemudian pada tahun 1019, Airlangga mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Kahuripan.
Sejak naik takhta, Raja Airlangga memusatkan perhatiannya untuk merebut kembali wilayah Kerajaan Medang yang sebelumnya terpisah.IC/AND/XII/20