Wujud kongkrit dan hubungan baik itu dengan membuat mata uang bersama, berupa koin emas bertuliskan nama Sultan Aceh dan Sultan Ottoman secara berdampingan.
**************
Sudah bukan rahasia lagi, jika Kesultanan Turki Utsmaniyah atau Ottoman, sangat menjaga, memperhatikan dan melindungi kaum muslimin di seluruh dunia. Sebagai khalifah, Turki memang memiliki kewajiban untuk melakukan itu.
Bangsa dan kerajaan-kerajaan Islam juga sangat menghormati dan tunduk kepada Kesultanan Islam Turki, karena dianggap sebagai kewajiban.
Kondisi ini membuat hubungan diplomatik, ekonomi, budaya dan militer dengan Turki Utsmani demikian dekat. Aceh adalah salah satu Kesultanan yang mengakui kekhalifahan tersebut.
Bangsa-bangsa dan kerajaan muslim ini punya ‘musuh’ bersama, yakni agresifnya bangsa barat yang mulai melakukan penjelajahan untuk menemukan rute dan jalur perdagangan untuk mengalahkan hegemoni Timur Tengah di perdagangan.
Dipandang dari sisi geopolitik, agresifitas penjajahan bangsa barat ini percaya akan menggulung dan mengikis kekuasaan Islam di belahan dunia lain. Kondisi ini sudah diperhitungkan oleh Turki.
Sebagai kekuatan super power di eranya, Turki berkewajiban untuk memastikan pengaruhnya tidak diambil oleh Eropa. Dari sisi religi, Turki sebagai khalifah punya kewajiban menyebarkan agama Islam serta membendung gospel yang dilancarkan Eropa.
Bertukar diplomat dan hadiah menjadi pengakuan kedaulatan, Source: republika
Dan sejak abad ke 16 M, Kesultanan Aceh dan Kesultanan Turki telah menjalin sebuah hubungan diplomatik yang cukup mesra dan harmonis. Bukan hanya lewat mengirim diplomat atau perjanjian. Wujud kongkrit dan hubungan baik itu dengan membuat mata uang bersama, berupa koin emas bertuliskan nama Sultan Aceh dan Sultan Ottoman secara berdampingan.
Uang emas ini berlaku di kedua kesultanan sebagai alat pembayaran yang sah. Bahkan untuk perdagangan internasional, uang ini sangat membantu melancarkan ekonomi Aceh dan Turki karena juga diterima di kerajaan-kerajaan muslim lainnya.
Sampai sekarang koin emas ini masih sering ditemukan masyarakat.
Uang emas bertuliskan nama Sulaiman Al Qanuni, Sultan Turki Utsmani dan Alaudin Riayat Syah Al-Kahar, Sultan Aceh. Posisi yang berdampingan ini membuktikan, kedua negara itu menjalin hubungan yang setara. Bukan hubungan atas dan bawahan, bukan pula sebagai negara penjajah dan terjajah.
Bukan hubungan semu, kerjasama ini benar-benar solid, Turki dan Aceh bahu membahu menghadapi Portugis yang kian bernafsu meluaskan pengaruhnya di Selat Malaka sejak 1511. Dengan pendampingan Turki, Aceh berkembang menjadi kekuatan politik dan ekonomi yang paling dominan di wilayah Sumatra dan Semenanjung Malaka.
Bukti lain disampaikan oleh Giancarlo Casale dalam bukunya The Ottoman: Age of Exploration, yang mengulas : Kesultanan Ottoman tumbuh menjadi lebih besar dari sebelumnya. Ottoman menjadi sandaran dan perlindungan bagi Kesultanan-Kesultanan Islam di kawasan timur (India dan Nusantara). IC/AND.
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia