Historica

Mpu Sangkalputih Ciptakan  Sarana dan Tata Cara Peribadatan

   

Sebelum kepergiannya,  Danghyang Markandeya mempersiapkan pengganti dirinya sebagai pemimpin umat. Sesudah  Danghyang Maekandeya moksah, Mpu Sangkulputih meneruskan dan menyempurnakan  ritual bebali dengan segala perlengkapan yang diperlukannya. Antara lain dengan membuat variasi dan dekorasi yang menarik untuk berbagai jenis banten. Mpu Sangkalputih juga  menambahkan unsur-unsur tetumbuhan lainnya seperti daun sirih, daun pisang,  janur, buah-buahan seperti  pisang, kelapa, dan biji-bijian: beras, injin, kacang komak dan masih banyak yang lainnya.

Mpu Sangkalputih menciptakan bentuk banten antara lain  canang sari, canang tubugan, canang raka, daksina, peras, panyeneng, tehenan, segehan, lis, nasi panca warna, prayascita, durmenggala, pungu-pungu, beakala, ulap ngambe dan lain sebagainya. Pencintaan sarana ibadah yang indah ini mampu menggugah rasa bhakti kepada Hyang Widhi karena  timbulnya getaran-getaran spiritual. Beliau juga mendidik para pengikutnya menjadi sulinggih dengan gelar Dukuh, Prawayah, dan Kabayan.

Canang sari ini dalam persembahyangan penganut Hindu Bali adalah kuantitas terkecil namun inti atau kanista. Disebut terkecil namun inti, karena di setiap banten atau yadnya selalu berisi Canang Sari. Canang sari sering dipakai untuk persembahyangan sehari-hari di Bali. Canang sari juga mengandung salah satu makna sebagai simbol bahasa Weda untuk memohon pada Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa terkait kekuatan widya atau pengetahuan untuk bhuwana alit maupun bhuwana agung.

Dari unsur katanya, Canang  dari kata can artinya indah dan nang yang artinya  tujuan atau maksud, sementara sari artinya  inti atau sumber. Dengan demikian Canang Sari bermakna untuk memohon kekuatan Widya pada  Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa nya secara skala maupun niskala.

Selain canangsari, beliau juga pelopori pembuatan arca atau  pralingga dan patung-patung dewa yang dibuat dari berbagai bahan seperti batu, kayu, atau logam sebagai alat konsentrasi dalam pemujaan Hyang Widhi. Bukan itu saja , beliau mengenalkan tata cara pelaksanan peringatan hari piodalan di pura-pura utama seperti Pura Besakih dan pura-pura lainnya. Mpu Sangkalputih juga mengenal ritual-ritual hari-hari raya seperti: Galungan, Kuningan, Pagerwesi, Nyepi, dan lain sebagainya.  Jabatan dan gelar resmi beliau adalah Sulinggih yang bertanggung jawab di Pura Besakih dan pura-pura lainnya yang telah didirikan oleh Danghyang Markandeya. IC/AND/XIV/18

 

 

 

 

 

Share
Published by
Wisnu