Dalam sejarah kerajaan besar yang pernah berkuasa dan memerintah di Nusantara, seperti Majapahit, Demak atau Mataram pastilah memiliki para ahli yang memiliki tugas secara spesifik. Pada masanya, keahlian dalam pengolahan besi atau metalurgi memang masih menempati fungsi yang sangat penting. Hampir semua peralatan perang dan peralatan berat selalu mengandalkan besi.
Karena fungsinya yang demikian penting, tukang atau pande besi menduduki posisi yang penting dalam kerajaan Majapahit. Peralatan militer baik itu senjata maupun peralatan penunjang lain akan sangat berpengaruh dalam menentukan jalannya perang. Bukan itu saja, semakin maju dan canggih peralatan militer, akan memuat musuh menjadi ciut nyali saat berhadapan dengan militer Majapahit.
Pande besi mendapatkan kedudukan yang istimewa. Walau mereka dari kalangan rakyat kebanyakan, namun mereka dilindungi oleh Raja. Terutama pada zaman kerajaan Majapahit, para pandai besi dikumpulkan dan hidup di ibukota. Bukan itu saja, mereka juga dilindungi dan dijamin kesejahteraannya oleh Raja. Bahkan raja juga membebaskan mereka dari kewajiban membayar pajak.
Karena kondisi yang serba nyaman dan aman ini, para pande besi hanya diminta bekerja secara profesional dan fokus pada keahliannya. Tujuannya tentu saja agar mereka bisa membuat senjata bagi militer dan prajurit Majapahit untuk menjamin kemenangan dalam perang.
Pandai besi memang memerlukan kekuatan kasar, karena itu pekerjaan mereka tak ubah seperti tukang. Namun agar besi yang ditempa menjadi senjata dan peralatan perang yang sempurna, diperlukan kehalusan batin. Sehingga, berkembang di masyarakat bahwa pandai besi memiliki aura magis tertentu. Dari situlah muncul gelar kehormatan untuk pandai besi. Mereka dipanggil ‘Mpu,’ sebuah gelar yang tidak mungkin disematkan kepada rakyat biasa. IC/AND/XV/12