Siddhartha Gautama adalah seorang guru spiritual dari India timur laut dan pendiri agama Buddha. Siddhartha dikenal sebagai Shakyamuni atau orang bijak dari keluarga Shakyamuni dan Tathagata. Siddhartha Gautama lahir di Taman Lumbini di kaki pegunungan Himalaya di India utara pada sekitar 623 Masehi.
Nama Siddhartha muncul dalam bahasa Sansekerta untuk merujuk pada seseorang yang mencapai semua tujuannya. Gautama berasal dari nenek moyang yang merupakan seorang guru terkenal. Dalam “Grandmaster Gautama Buddha” karya Dion P. Sihotang, Siddhartha adalah seorang raja yang disebut pangeran. Nama ayah Siddhartha adalah Siddhodana. Berasal dari marga Sakya, raja kota Kapilavastu merupakan anggota kelompok khashatri. Jambudupa Saat itu nama ibunya adalah Mahamaya.
Ketika Siddhartha lahir, ada dua aliran kecil yang mengalir di langit, satu dingin dan satu lagi panas. Air itu menghanyutkan tubuh Siddhartha. Siddhartha terlahir tanpa noda, berdiri tegak dan langsung bisa berjalan ke arah utara dan tempat berjalannya ditutupi bunga teratai.
source : thaythichtructhaiminh.comMasa Kecil
Sejak kecil, Siddhartha Gautama adalah seorang anak yang cerdas dan sangat bijaksana. Pada usia 7 tahun, Siddhartha mempunyai tiga kolam teratai: kolam teratai biru (uppala), kolam teratai merah (padumo) dan kolam teratai putih (pundarika). Pada usia itu, Siddhartha mempelajari berbagai jenis ilmu pengetahuan. Setiap tahun, Siddhartha yang berusia 16 tahun menikahi Putri Yasodhara. Pangeran Siddhartha juga memiliki tiga istana di era ini: Istana Musim Dingin (Ramma), Istana Musim Panas (Suramma) dan Istana Hujan (Subha).
Ramalan
Saat Siddhartha lahir, ayahnya bertanya kepada seorang peramal bernama Asita tentang masa depannya. Sang peramal terpesona saat melihat Siddharth. Peramal tersebut melihat 32 tanda kehidupan pada tubuh bayi di kemudian hari. Sang peramal memberi tahu raja bahwa mungkin ada seorang anak yang akan menjadi pemimpin yang hebat. Bisa juga diisi dengan Chakrawarti atau maharaja. Di India, andai saja seorang anak kecil dapat mempelajari kebijaksanaan cara hidup dunia.
Di sisi lain, anak-anak bisa hidup religius, sehingga meski melihat tanda-tanda serupa, mereka bisa dengan mudah menjadi orang dewasa pertama. Jika kita berbicara tentang garis keturunan bangsawannya, dia bisa menjadi penyelamat dunia. Nabi menyayangkan anak tersebut tidak datang, mungkin dia telah hidup cukup lama untuk mendapatkan manfaat penuh dari kebijaksanaan yang telah dikembangkan dalam diri anak hebat ini. Perkataan ahli nujum itu membuat Raja Sidhodana curiga dan khawatir. Raja takut Siddhartha akan meninggalkan istana dan menjadi seorang petapa.
Raja ingin putranya mewarisi jabatan raja, bukan menjadi raja pertapa. Pangeran Siddhartha Gautama hanya dapat melihat empat hal: orang tua, penyakit, kematian, dan keterasingan. Jika tidak, Siddhartha akan menjadi seorang petapa dan menjadi Buddha. Suatu hari, Siddhartha meminta izin untuk meninggalkan istana. Di jalanan Kapilava, kita melihat empat situasi penting yaitu: usia tua, penyakit, kematian dan asketisme. Dia sedih dan terkejut. Tidak ada yang mempersiapkannya untuk pengalaman seperti itu sepanjang hidupnya. Dia hanya percaya bahwa gaya hidup suci akan memberinya semua jawaban. Pada usia 29 tahun, Siddhartha memutuskan untuk meninggalkan istana bersama istri dan anak barunya. Bersambung/bbs (IC/03/AND/XII)